Lapsus  

“Pasar Rusia” dan “Tuk-Tuk” sebuah Kenangan

Kambodia Salayang Pandang (3)

“Pasar Rusia” dan “Tuk-Tuk” sebuah Kenangan

Tetapi karena kami datang sudah hampir pukul 5 sore, ternyata pasar akan ditutup. Ya seperti Pasan Blauran lah, setelah tutup di depan pasar jadi pasar sore untuk penjualan makanan. Bedanya di Blauran tutupnya malam hari, dan di depan banyak penjualan makanan juga.

Angkutan umum pribadi, hampir didominasi “Tuk-tuk” (sejenis helicak) tetapi lebih modern, atau seperti becak kotor “Kancil” yang pernah akan digunakan di Surabaya, tetapi gagal.

Saya bersama Nero asisten khusus Prof Efendi Ghozali berkesempatan naik “Tuk-Tuk” dari Phnom Penh Hotel ke Olympic Stadium pada saat menjelang pertandingan semifinal lawan Vietnam.

Kambodia dengan berbagai kemajuannya, memang menuju metropolitan dengan gebyar tidak kalah dengan kota kota modern. Apalagi juga ada fasilitas casino di tengah-tengah.

Bagi pendatang dari Indonesia juga cukup banyak makanan halal, termasuk Padang Nusantara, yang pasti kenangan selama di Kambodia walau hanya selayang pandang, terkesan sebuah negara modern di kawasan Asia Tenggara dengan penduduk masih berpenghuni di kampung, dan berjualan kaki lima maupun kaki dua, di mana-mana. (Djoko Tetuko/habis)