“Sholat Subuh di Hotel di Makkah” (11)

Sketsa Serba-Serbi Sholat Subuh (11)

“Sholat Subuh di Hotel di Makkah”  (11)
Wina Armada Sukardi

Hebatnya lagi, suara dari mesjid tersambung langsung ke ruangan ini melalui speaker khusus. Jadi, suara muazin dan iman terdengar jelas.

Oleh karena itu, tempat ini dianggap sebagai bagian dari mesjidil haram. Sholat disitu dinilai sama dengan sholat di masjidil haram.
Hamba menjadi penasaran dan ingin mencobanya seperti apa. Tak sulitnya mencarinya. Dengan cepat akhirnya hamba sampai juga di tempat tersebut, untuk sholat subuh. Kini hamba agak lupa terletak di lantai berapa ruangan ini.

Hamba saat itu barulah faham, rupanya tempat ini menjadi ruangan sholat para “bangsawan” dan orang-orang kaya Arab. Dari pakain, keharuman dan penampilan mereka, jelas sekali mereka kaum _the have_ orang-orang Arab. Orang kaya raya.

Ada juga beberapa orang Indoensia sholat disitu.
Menurut isteri hamba, kaum hawa yang sholat disana, mudah dikenali memakai barang-barang branded. Pakiannya pun modis. Mereka juga di depan sesama perempuan memperlihatkan penampilan yang dibalut kemewahan.
Rupanya inilah sebuah ruang sholat yang bagi hamba sangat ekslusif. Dipenuhi jemaah yang wangi dan dikelilingi pemakian barang mewah.

Dari pelabagai informasi yang hamba dapat, memang ruangan ini umumnya dipakai oleh kalangan kaya raya orang Arab. Tanpa mengurangi keabsahan syarat sholat, kalangan ini ini sekaligus menikmati posisi sosial mereka.

Meski begitu ada memang yang sholat disitu karena tidak mampu sholat berjemaah di bawah. Mereka memiliki keterbatasan fisik atau disabilitas. Kendati mereka juga umumnya termasuk kaum sangat berada.

Manakala waktu sholat subuh tiba, benar saja, suara muhazin dan imam dari mimbar mesjid terdengar langsung di ruangan ini. Dengan begitu, kami melakukan gerakan shoat yang sama dalam waktu yang sama, dengan para jemaah lain yang ada langsung di depan kabah.
Hamba tak menyelisik lebih lanjut ikhwal tempat ini: kapan mulai ada, siapa saja yang biasa datang, dari orang kalangan mana dan atau bangsa mana aja. Juga hamba tidak meindaklanjutin lagi kenapa mereka memilih tempat ini. Perhatian dan fokus kepada ibadah ibadah haji, membuat hamba tak sempat menyelisik lebih lanjut, meski “naluri kewartawanan” hamba untuk itu tetap ada.

Mungkin saja mereka yang sholat disana memang sudah beberapa kali naik haji atau sebagai orang Arab mereka sudah biasa melihat dan sholat langsung di depan kabah, sehingga mereka memilih sholat disana, dan seterusnya dan seterusnya.

Beda dengan hamba ini. Kala itu baru pertama ke Makkah. Baru pertama naik haji. Jadi, sholat di depan kabah pun menjadi sesuatu yang luar biasa. Menakjubkan. Maka setelah merasakan dua hari kami sholat di tempat khusus ini, hamba memutuskan untuk tetap sholat berjemaah di dekat kabah berbaur dengan jemaah lain.

Secara singkat masjidil haram adalah tempat yang istimewa bagi umat Islam,di dalamnya terdapat kabah. Baitullah. Masjidil Haram juga menjadi masjid tertua di dunia yang menjadi arah kiblat semua umat muslim.
Dalam Al-Quran masjidil haram disebut tidak kurang dari empat puluh kali. Sejak awal masjidil haram juga menjadi salah satu tempat mulia dan dihormati oleh seluruh umat Islam di dunia. Selain didalamnya terdapat kabah, juga ada makam Ibrahim, air zamzam, dan tempat lainnya.

Nabi Muhammad pernah berkata, rumah (ibadah) pertama yang dibangun untuk manusia baitullah ini.
Shalat di masjidil haram dipercaya lebih utama sebanyak seratus kali daripada shalat di masjid Nawawi, apalagi dibanding mesjid biasa. Sedangkan sholat di masjid Nawawi saja keutamaannya seribu kali lebih dibanding sholat di mesjid biasa.

Nah, hamba kan sudah jauh-jauh datang dari Indonesia
ke Makkah, menyaksikan langsung kabah, masak tidak mempergunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya untuk selalu sholat (subuh) dekat kabah.
Bagi yang sudah terbiasa datang dan melihat kabah mungkin memang dapatlah dimaklumi jika mereka memilih sholat di ruangan khusus di hotel sebagaian dari mesjidil haram. Tapi bagi hamba, pilihan terbaik memang sholat subuh dan lainnya di mesjidil haram, di depan kabah.

Kabarnya hotel Inter Continental semula bakal dirubuhkan untuk perluasan mesjidil haram. Belakangan rencana itu ditunda atau dibatalkan sehingga sampai sekarang hotel tersebut masih berdiri di tempatnya.
T a b i k. (*) Bersambung….

Penulis adalah wartawan dan advokat senior serta Dewan Pakar Pengurus Pusat Muhammmadiyah. Tulisan ini merupakan repotase/opini pribadi yang tidak mewakili organisasi.