Laa Ilaaha Illaahu : tiada Tuhan melainkan Allah
Laa Ilaaha Illaahu : tiada Tuhan melainkan Allah
Laa Ilaaha Illaahu : tiada Tuhan melainkan Allah
Mahluk-mahluk itu berhenti sejenak.
Laa Ilaaha Illaahu : tiada Tuhan melainkan Allah
Perlahan para mahluk kejam itu meninggalkanku.
Laa Ilaaha Illaahu : tiada Tuhan melainkan Allah
Aku berbalik kembali memandang ke depan
Segalanya kini telah berubah
hamparan pemandangan yang serba indah.
Serasi.
Pohon buah-buahan segar ada dimana-mana
Semua tersedia
Para mahluk berinteraksi dengan kebahagiaan.
Aku menatap lebih jauh lagi
Belum sempat aku bertanya-tanya
Apakah ini potongan surga
Sebuah karpet panjang terpentang di hadapanku.
Laa Ilaaha Illaahu : tiada Tuhan melainkan Allah
Perilaku zikir yang telah mendarah daging pada diriku
Kukira telah membuka jalan petunjuk ke arah surga
Aku seperti meloncat ke atas karpet itu
Ada perasaan tentram meliputi diriku
Damai.
Bahagia.
Laa Ilaaha Illaahu : tiada Tuhan melainkan Allah.
Laa Ilaaha Illaahu : tiada Tuhan melainkan Allah.
Tidak! Mataku tidak tertutup
Aku masih berzikir
suara azan jelas kudengar di bumi nyata tempat aku bersila
Aku bangkit memenuhi panggilan Sang Maha Kuasa
Sholat berjemaah di mesjid.
_Jalan Mawar, Bintaro,
Subuh di Ulang tahun hari perkawinan, 25 April 2019._
(Dikutip dari Kumpulan Puisi Religi “Mata Burung Gagak Gitaris Rock,” karya Wina Armada Sukardi, 2022).
Apakah itu fakta? Kenyataan? Ataukah cuma ilusi dan halusinasi? Hamba serahkan semua jawabanya kepada sidang pembaca yang budiman.
T a b i k. (*)
WINA ARMADA SUKRDI, wartawan dan advokat senior, serta Dewan Pakar Muhammadiyah. Tulisan ini merupakan repotase/opini pribadi dan tidak mewakili organisasi.