Dua tulisan Wina Armada dengan Dahlan Iskan dalam bentuk wawancara. Berikut kutipannya :
Tanya : Apakah benar anda, bung Dahlan Iskan, setiap hari menulis di WA atau media sosial? Kalau “ya,” sejak kapan “tradisi” atau kebiasaan itu? Apakah kebiasaan itu berlaku langsung, atau step by step alias gradual dimulai dari beberapa hari sampai akhirnya setiap hari?
Jawab: Benar. Setiap hari saya menulis. Untuk diposting di Disway.Id. Sejak 9 Februari 2018 (2017?). Sudah lima tahun? Itu saya mulai tepat di Hari Pers Nasional tahun itu. Tidak pernah absen. Tulisan itu diposting tiap jam 5 pagi. Mirip terbitnya koran pagi, Kenapa begitu? Karena saya ini orang koran, Ingin romantisme terbit setiap pagi itu tetap menjadi darah saya. Saya ingin mempertahankan bagaimana orang kangan membaca jam 5 pagi.
Tanya: Masih ingatkan dalam kaitan ini, apa topik yang ada tulis pada awalnya dan yang terakhir? (sampai jawaban pertanyaan ini).
Jawab: Saya lupa tentang apa tulisan pertama itu. Rasanya tentang mengapa saya bertekad menulis setiap hari, yakni untuk melatih dan membiasakan diri terikat pada komitmen. Punya komitmen kuat itu harus dibiasakan. Kalau orang tidak Komut pada satu masalah biasanya mudah tidak komit pada apa saja. Topik tulisan aneka ria. Biasanya tergantung pada isu apa yang lagi hangat. Kalau dunia lagi sepi saya isi soal pengalaman hidup. Tentu dikemas dengan hal-hal aktual. Kadang juga soal hasil renungan dan pemikiran. Saya memilih lebih ke jurnalistik untuk mempertahankan darah jurnalis saya.
Tanya : Kapan, biasanya, Anda menulis untuk WA atau media sosial ini? Maksudnya pada jam berapa? Apakah ada waktu-waktu teratur dengan disiplin ketat, atau dapat terjadi pada waktu kapan saja sesuai “panggilan” hasrat menulis?
Jawab: jam menulis tidak tetap, tergantung kesibukan. Yang paling sering, hehe biasa, menjelang deadline. Saya menetapkan sendiri deadline saya: jam 21.00 setiap malam. Namun kadang siang hari sudah saya selesaikan. Terutama kalau sudah ada jadwal lain di malam hari. Saya tidak pernah posting atau share tulisan di WA. Saya selalu posting di Disway.Id. Bahwa banyak yang beredar dari WA ke WA itu pembaca yang men-share tulisan saya.
Tanya: Biasanya, berapa lama Anda menulis suatu tulisan? Apakah umumnya langsung selesai? atau ada juga yang, karena berbagai alasan, tidak langsung selesai, bahkan adakah yang sama lantas tidak jelas justru alur penulisan sehingga dibatalkan, atau tidak diposting?
Jawab: Yang paling cepat 20 menit. Yang paling lama 1 jam. Tergantung topik yang dibahas panjang atau pendek. Selebihnya di antara dua jangka waktu tersebut. Biasanya selalu sampai selesai Selama lima tahun ini, mungkin hanya 2 atau 3 yang tertunda di tengah tulisan atau ganti topik.
Tanya : Biasanya topik apa saja yang “menarik” atau “menyentuh” Anda sebagai bahan tulisan? Bagaimana “radar” Anda menjangkau topik-topik yang menyentuh itu? Atau mungkin terkadang ada hal yang luar biasa yang menarik perhatian Anda, di luar hal-hal yang biasa tadi? Apakah biasanya atau terkadang Anda sendjri mengganti topik tulisan? Bagaimana Anda memprioritas topik tulisan yang mau ditayangkan?
Jawab: tentu saya berpegang pada news value. Sebagai wartawan saya terlatih dengan pengukuran news value. Nose of news itu saya jaga. Tentu juga memperhatikan variasi. Biar pun politik lagi panas tidak akan tiga hari berturut tentang politik. Tapi kalau yang lagi ‘panas’ itu soal human interest pernah sampai enam hari berturut turut. Misalnya soal Akidi Tio dengan sumbangan 2T-nya di Palembang itu. Kebetulan selama enam hari itu s selalu dapat isyu yang sangat eksklusif.
Tanya : Apakah Anda melakukan cek and recek untuk penulisan itu, terutama jika menyangkut aspek manusia? Apa umumnya respons dari nara sumber yang Anda hubungi manakala melakukan cek & recek untuk keperluan penulisan?
Jawab: saya mengutamakan cek dan recek. Sebagai mantan wartawan di lapangan saya tidak canggung melakukan itu. Saya juga diuntungkan oleh back ground saya sebagai pengusaha, Dirut PLN dan Menteri BUMN. Telpon saya kepada sumber berita selalu diterima dengan baik. Mereka juga tahu dan percaya saya tidsk akan asal hantam kromo dalam menulis.
Tanya : Pernah adakah yang keberatan dengan substansi tulisan Anda, atau keberatan Anda tulis, bahkan yang sampai mengirim somasi segala. Kalau ini terjadi, biasanya bagaimana solusinya?