Kediri  

KNPI Kota Kediri Ajak Masyarakat Anti Sara Melalui Moderasi Agama

KNPI Kota Kediri Ajak Masyarakat Anti Sara Melalui Moderasi Agama
Ketua panitia Ashari Eko Prayitno sedang memberikan sambutan dalam acara forum diskusi Pemuda anti Sara

Sementara itu, Narasumber Acara, Taufik Alamin, menyampaikan, pihaknya mengapresiasi kegiatan yang telah dilaksanakan oleh KNPI sebagai organisasi kepemudaan. Terlebih menghadirkan secara langsung pemuda pemudi dari luar Provinsi Jawa Timur yang sedang melakukan kegiatan belajar di Kota Kediri.

” Kebetulan di Kediri banyak pemuda pemudi sedang melakukan kegiatan belajar dari luar daerah dengan beragam ras, suku, maupun etnis, sehingga acara ini sangat bagus agar ilmu yang didapatkan dalam diskusi ini hasilnya bisa dibawa ke kampung halaman masing masing,” ujarnya.

Pria yang juga akademisi di salah satu Universitas ternama di Kediri ini, ia menilai kondisi pemuda di Kota Kediri sangat aman dan kondusif, terlebih abai akan dinamika atau isu sosial yang negatif. Hal ini dikarenakan cara pandang mereka saat ini lebih bijak dan rasional dalam menelaah persoalan yang sedang berkembang.

Maka, dalam penyampaian materi ia mengangkat moderasi agama dalam cakupan ke-Bhinekaan di tengah masyarakat. Guna mencegah adanya intoleransi pengaruh dari berkembangnya zaman terlebih di era digital.

Pentingnya sebuah wadah forum diskusi seperti yang digalang oleh KNPI Kota Kediri ini juga agar pemuda atau masyarakat pada umumnya tidak gagal dalam menelaah sebuah isu atau permasalahan yang berkembang.

” Ya ini memang tugas teman-teman untuk memastikan agar komunikasi bisa selalu terhubung dengan baik. Semisal tidak ada kegiatan atau pertemuan yang terkonsep secara baik maka dikhawatirkan pembahasanya tidak terarah, dan juga seberapa besar pengaruh kita untuk mengimbangi jejaring peran media sosial yang semakin berkembang,” terangnya.

Lanjut Taufik, mengatakan, politik identitas ditengah masyarakat juga bisa mempengaruhi kondisi masyarakat terlebih jelang pemilu serentak 2024, maka ia menekankan kepada masyarakat agar cerdas dalam berpolitik, dan tidak larut secara berlebihan euforia pesta demokrasi lima tahunan tersebut untuk mengadaikan suara pilihnya kepada kontestan pemilu.

” Saat ini bukan waktunya untuk saling klaim kebenaran tentang persoalan agama apalagi mendekati tahun politik. Untuk itu masyarakat sebagai pemilih harus menunjukkan partisipasinya tidak hanya mencoblos di TPS, melainkan juga harus tegas dalam mengambil komitmen kepada si calon agar bisa mengatasi keluh kesah atau masalah di sekitar lingkunganya bahkan kalau perlu kontrak politik harus ditempuh sebagai nilai daya tawar di kemudian hari bila si calon terpilih,”tutupnya. (*)