Opini  

Muktamar Muhammadiyah Gerbang Krisis di atas Krisis

Muktamar Muhammadiyah Gerbang Krisis di atas Krisis
Anwar Hudijono

Dia menguasai darat, laut dan udara. Memiliki tentara manusia, jin dan binatang. Memiliki kekuasaan yang sangat dahsyat sehingga bisa mengultimatum Negara Saba, menyerahkan diri (tunduk) atau diserang.

Sulaiman adalah diberi oleh Allah kekuasaan untuk menundukkan setan-setan (dari golongan jin dan manusia). Bisa juga setan yang merupakan persekutuan jin dan manusia (Quran, Al Baqarah 102) berkemampuan hebat untuk dipekerjakan. Sulaiman juga menundukkan subyek yang dibelenggu. (Quran, Shad 38).

Dibelenggu

Siapa subyek yang dibelenggu itu?

Untuk menjawab pertanyaan itu harus menengok Quran surah Al Maidah 64. “Dan orang-orang Yahudi berkata, “Tangan Allah terbelenggu”. Sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan oleh apa yang mereka katakan itu.”

Di antara yang tangannya dibelenggu adalah pemimpin mereka. Quran memang tidak menyebut nama subyek pemimpin mereka itu. Nama subyek itu dijelaskan dalam Hadits riwayat Abu Dawud tentang Tamin Ad Dari. Yaitu Dajjal.

Di ujung akhir zaman, Dajjal akan dilepas dan dikeluarkan dengan dua misi yitu menyebar fitnah (ujian) terbesar dalam sejarah umat manusia sampai kiamat. Menjadi Nabi Isa palsu. Jadi jelaslah bahwa pemimpin umat Yahudi itu Dajjal.

Setan-setan itu sebenarnya terpaksa dan tersiksa harus bekerja di bawah duli Sulaiman. “Maka ketika Kami telah menetapkan kematian atasnya (Suliman) tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka ketika dia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa sekiranya mereka mengetahui yang gaib tentu mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan.” (Quran, Saba 14).

Setelah Sulaiman wafat para setan itu terbebas. Dengan keahliannya, para setan itu kembali ke tabiat aslinya yaitu melakukan perusakan di atas bumi. Melawan semua kehendak Allah. Ayub adalah contoh bagaimana para setan melakukan “balas dendam” atas penderitaannya selama di bawah kekuasaan Sulaiman.

Maka Ayub pun menegaskan, semua krisis di atas krisis yang menimpanya adalah perbuatan setan. “Dan ingatlah akan hamba Kami Ayub ketika dia menyeru Tuhannya, “Sesungguhnya aku diganggu setan dengan penderitaan dan bencana.”(Quran, Shad 41).

Pelajaran dari kisah Ayub bahwa krisis di atas krisis adalah ujian (fitnah) terbesar umat manusia. Dan Rasulullah Muhammad bersabda, tidak ada fitnah (ujian) yang lebih besar dari fitnahnya Dajjal. Krisis di atas krisis adalah rekayasa setan (persekutuan jin dan manusia). Intinya agar semua manusia menjadi pengikut Dajjal.

Maka di masa Dajjal sudah dilepas, memegang ajaran agama itu seperti menggenggam bara api. “Agama menjadi tertekan, ilmu pengetahuan dijauhi.” (Hadits musnad Imam Ahmad bin Hambal).
Lantas bagaimana sikap orang beriman menghadapi krisis di atas krisis?

Tirulah Ayub. “Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sungguh dia sangat taat (kepada Allah). (Quran, Shad 44). Rabbi a’lam. (*)

*) Penulis Anwar Hudijono, wartawan senior tinggal di Sidoarjo