Sedangkan
passion obsesi
adalah faktor eksternal yang menjadi landasan dan dorongan dari aktivitas Anda, contohnya mendapatkan gaji untuk dapat menafkahi keluarga.
Berbeda dengan passion harmoni yang akan membuat Anda bahagia, passion obsesi merupakan passion yang membuat Anda terpaksa untuk menjalani suatu aktivitas, walaupun tidak sesuai dengan nilai pribadi Anda. Sehingga efeknya akan membuat Anda seperti robot atau kaku karena Anda tidak memiliki kemampuan untuk mengontrol hasil akhir yang mungkin tidak sesuai dengan keinginan Anda.
Suporter Indonesia dalam kurun waktu 20 tahun terakhir ini, tumbuh dan berkembang begitu pesat dengan mencontoh suporter di negara-negara kiblat sepakbola seperti Inggris, Italia, Jerman, Spanyol, Belanda dan sejumlah negara dengan suporter fanatik.
Suporter fanatik memang sangat dibutuhkan, tetapi kata Ignatius Indro, Koordinator Suporter Timnas, menyebutkan suporter belum dimanusiakan. Ketua Umum KONI Jatim meminta penjelasan detail soal suporter tidak dimanusiakan. Namun dengan UU Keolahragaan sudah memasukkan pasal tentang suporter, bahkan berpeluang masuk dalam bagian klub, ke depan akan lebih sportif dan profesional.
Tentu tidak bermaksud berdebat soal suporter belum dimanusiakan. Tetapi sebagai negara dengan pengakuan Presiden FIFA sepakbola adalah passion, sudah pasti ada yang berangkat sebagai suporter dengan passion harmoni, tetapi juga ada yang berniat menjadi suporter obsesi.
“Indonesia adalah negara sepak bola. Sepak bola adalah passion di sini. Mereka mencintai sepak bola.
Maka ketika mereka menonton sepak bola di stadion, mereka harus aman,” tandas Gianni.
PSSI sebagai federasi tertinggi dalam membina sepakbola di Indonesia, harus mau melakukan perbaikan-perbaikan dengan sungguh-sungguh, melaksanakan sepakbola dengan manejemen profesional secara sungguh-sungguh. Membentuk keluarga sepakbola sungguh-sungguh kebahagiaan.
Prof Dr Muchlas Samani M.Pd pada sarasehan “Damailah Sepaboka Indonesia” menyatakan bahwa olahraga membangun karakter bangsa, berarti membangun kebersamaan, membangun jiwa mandiri, membangun jiwa sportif. Sebab karakter itu pembiasaan kemudian berubah menjadi kultur atau budaya.
Babak baru sepakbola Indonesia, membutuhkan kebaruan dalam menejemen sepakbola keluarga, sehingga seluruh keluarga sepakbola bersama-sama dengan sungguh menjaga harkat dan martabat sepakbola menjadi lebih mulia, dan menjalankan amanah statuta adalah segala-galanya. (bersambung)