Tsunami Kanjuruhan: Wafat Suci, Sepak Bola Kembali ke Khittah. (3)

Tsunami Kanjuruhan: Wafat Suci, Sepak Bola Kembali ke Khittah. (3)
Djoko Tetuko Abd Latief

Lebih lanjut, Presiden menekankan bahwa tim gabungan tersebut nantinya akan mengumpulkan fakta dan segala informasi dari berbagai pihak untuk kemudian disampaikan secara menyeluruh kepada masyarakat. Tim akan berbagi tugas sesuai dengan bidangnya masing-masing.

“Sanksi dari PSSI ada. Pidana nanti yang mengumumkan dari Polri, jadi dibagi-bagi. Audit untuk bangunan nanti yang menyampaikan adalah dari Kementerian PU, tetapi secara keseluruhan nanti tim gabungan independen pencari fakta yang akan menyampaikan,” lanjutnya.

Turut mendampingi Presiden dan Ibu Iriana saat peninjauan yakni Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud Md., Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Bupati Malang Sanusi, dan Ketua PSSI Mochamad Iriawan.

Presiden Joko Widodo sebelumnya menyatakan menyerahkan kepada Federasi Sepakbola Internasional (FIFA) terkait keputusan mengenai kemungkinan adanya sanksi bagi sepak bola Indonesia imbas tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang yang menewaskan ratusan orang.

“Keputusan apa pun adalah kewenangan di FIFA,” kata Jokowi di depan Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (5/10/2022).

Jokowi mengaku sudah berkomunikasi langsung dengan Presiden FIFA GIanni Infantino untuk membicarakan banyak hal, termasuk tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan.

Jokowi juga berbicara soal pelaksanaan Piala Dunia U-20 2023 yang rencananya akan digelar di Indonesia pada tahun depan.

“Berbicara banyak mengenai tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, dan juga berbicara mengenai FIFA U-20, berbicara banyak,” kata Jokowi.

Merekonstruksi tata kelola sepak bola secara totalitas, berarti ke depan sepak bola Indonesia kembali ke Khittah, kembali merumput dengan seluruh standar berdasarkan statuta FIFA. Bahwa ada kearifan lokal menyesuaikan tanpa harus memaksanakan atau mengutamakan kepentingan di luar statuta FIFA dan statuta PSSI hasil ratifikasi dari FIFA.

Begitu pula investigasi “Tsunami Kanjuruhan” harus dipisahkan rana football family dengan keamanan di luar pelaksanaan rule of the game, sehingga akan melahirkan hasil investigasi berkeadilan. Bagaimana sepak bola kembali ke khittah, bagaimana sepak bola murni sepak bola, inilah hikmah dari “Tsunami Kanjuruhan” yang patut direnungkan untuk perbaikan bersama. Dan meriah prestasi mulia ke depan tanpa korban satu nyawa pun..(*/bersambung)