Tsunami Kanjuruhan: Wafat Suci, Sepak Bola Kembali ke Khittah. (3)

Tsunami Kanjuruhan: Wafat Suci, Sepak Bola Kembali ke Khittah. (3)
Djoko Tetuko Abd Latief

Oleh Dkoko Tetuko Abd Latief (Pemimpin Redaksi WartaTransparansi)

 “Tsunami Kanjuruhan” bukan karena konflik antarsuporter, atau perkelahian suporter Aremania dengan Bonek, bukan pula perseteruan antar pemain, bukan pula pertikaian antar pengurus. Juga bukan terjadi keributan hingga kerusuhan akibat kesalahan wasit memimpin pertandingan.Tetapi murni karena kekhilafan petugas keamanan pembawa gas air mata menembakkan peralatan anti huru-hara di tengah-tengah kedamaian suporter saat lelah setelah menerima kekalahan tim kebanggaannya, Singo Edan —julukan Arema FC— ditekuk 2-3 Persebaya, sekaligus memecahkan rekor 23 tahun.

Pak Tani —sebutan seorang kekasih Allah Subhanahu wa Ta’ala— bahwa korban wafat “Tsunami Kanjuruhan” adalah suci atau wafat dalam keadaan seperti bayi, mereka kembali ke alam baka’ dengan sahid karena berjuang di jalan Allah dalam perjalanan berbeda.

Walaupun penyebab utama bukan murni football family, tetapi karena kekhilafan PT Liga Indonesia Baru sebagai operator Kompetisi Liga 1 BRI, dianggap lalai dalam melakukan verifikasi dan inpeksi stadion Kanjuruhan, maka evaluasi total atas paraturan berkaitan dengan pengamanan stadion dan melakukan verifikasi administrasi untuk semua stadion di Indonesia, terutama untuk kompetisi profesional. Dan tidak tertutup kemungkinan untuk kompetisi amatir maupun kejuaraan sepakbola. Memang harus dilakukan perubahan dengan perbaikan sekaligus menyamakan keamanan standar umum dengan keamanan sepak bola sebagai statuta FIFA. Kita tunggu.

Presiden Joko Widodo bersama Ibu Iriana Joko Widodo saat meninjau kondisi Stadion Kanjuruhan) guna mengetahui peristiwa yang terjadi. Usai meninjau kondisi stadion, Presiden memandang bahwa “Tsunami Kanjuruhan” disebabkan oleh banyak faktor.

Tsunami Kanjuruhan: Wafat Suci, Sepak Bola Kembali ke Khittah. (3)
Truk Polisi juga menjadi korban amuk masa dalam tragedi Stadion Kanjuruhan Sabtu, tanggal 1 Oktober 2022 usai laga tuan rumah Arema FC vs Persebaya Surabaya. Pertandingan berakhir 3 2 untuk kemenangan Persebaya. (foto/dok)

“Sebagai gambaran, tadi saya melihat bahwa problemnya ada di pintu yang terkunci dan juga tangga yang terlalu tajam, ditambah kepanikan yang ada, tapi itu saya hanya melihat lapangannya,” ucap Presiden dalam keterangannya kepada awak media di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, pada Rabu (5 Oktober 2022)

Presiden Jokowi menegaskan bahwa tata kelola persepakbolaan Indonesia perlu diperbaiki secara keseluruhan, baik dalam hal tata kelola pertandingan, stadion, penonton, hingga pengamanan. Presiden juga menambahkan bahwa Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) menyatakan kesiapannya untuk membantu memperbaiki tata kelola tersebut.

“Saya kira kita memang perlu evaluasi total semuanya, baik manajemen pertandingan, manajemen stadion, manajemen penonton, manajemen waktu, manajemen pengamanan. Semuanya harus dievaluasi total agar peristiwa yang terjadi di Stadion Kanjuruhan ini tidak terjadi lagi, jelas semuanya,” tegasnya.

Selain itu, Presiden juga menjelaskan bahwa pemerintah telah membentuk tim gabungan independen pencari fakta (TGIPF) yang diketuai oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud Md. Tim tersebut dibentuk untuk mencari tahu secara detail penyebab utama atas terjadinya tragedi di Stadion Kanjuruhan.

“Kita tahu telah dibentuk tim gabungan independen pencari fakta yang diketuai oleh Pak Menko Polhukam. Kita harapkan nantinya tim ini segera bisa menyelesaikan tugasnya, sehingga kita tahu betul-betul penyebab utama dari tragedi tanggal 1 Oktober di Stadion Kanjuruhan Malang,” ujar Presiden.