Ekbis  

Penghasilan Padat Karya Paving di Surabaya dalam Setiap Bulan Rp6-7 Juta per Orang

Penghasilan Padat Karya Paving di Surabaya dalam Setiap Bulan Rp6-7 Juta per Orang
Program padat karya di Kota Surabaya, mulai menunjukkan hasil signifikan.

Saat pelatihan, lanjutnya, pihaknya telah menyampaikan kepada para peserta, bahwa omzet dari padat karya paving ini bisa melebihi besaran nilai UMK Surabaya. Tentunya hal ini juga tergantung dari kuantitas dan banyaknya produksi paving pada masing-masing kelompok.

“Secara analisa ekonomi pendapatan dari padat karya paving itu bisa mencapai UMK. Tapi dalam kapasitas ini bisa ditingkatkan lagi tergantung dari kinerja masing-masing kelompok sebenarnya. Itu yang terus kita tekankan dan berikan semangat kepada kelompok teman-teman MBR,” katanya.

Untuk saat ini atau dalam jangka pendek, Adi menyebutkan, bahwa hasil produksi paving kelompok padat karya dibeli oleh Pemkot Surabaya. Paving produksi MBR ini digunakan pemkot untuk membangun jalan-jalan di Surabaya yang lebarnya di bawah 2 meter.

“Itu untuk rencana jangka pendek. Tapi nanti jangka menengahnya ini bisa sebagai barometer pilot project untuk dipakai dana kelurahan. Sehingga masing-masing kecamatan nanti bisa order (paving) di kecamatan itu sendiri,” paparnya.

Pihaknya berharap, dengan pola itu, pergerakan ekonomi warga bisa tetap berputar di lingkup masing-masing kecamatan. Tentu saja hal itu juga akan menghidupkan perekonomian warga setempat.

“Jadi uang itu masuk dan keluar hanya berputar di lingkup kecamatan itu tersendiri. Sehingga menghidupkan perekonomian warga,” kata Adi.

Selain di Kecamatan Tambaksari, Adi juga menargetkan pada tahun 2022 ini kelompok usaha padat karya pembuatan paving dapat terbentuk di sejumlah wilayah lain. Yakni, wilayah Kecamatan Kenjeran, Sukolilo, Pakal dan Gunungsari.

“Jadi itu target di tahun 2022. Tapi untuk target pada tahun 2023 sendiri, kita harapkan masing-masing kecamatan sudah terbentuk,” katanya. (*)