Catatan Ilham Bintang
Resto Ayam Portugis Nando’s 551 Flinders Street, Senin (23/5) siang. Saya tiba di resto itu, resto ayam dari Afrika Selatan bernuansa Portugis, 10 menit sebelum jam 1 siang, sesuai waktu yang kami perjanjikan.
Saya harus tiba lebih dahulu, karena saya yang mengundang wartawan legendaris radio Australia itu untuk makan siang. Tak elok rasanya jika terlambat. Apalagi dia datang dari rumahnya yang berjarak 32 km dari resto yang lokasinya di pusat kota.
Ternyata Nuim tiba lebih cepat lagi. Baru satu kaki menginjak lantai resto ketika kami dikejutkan sapa “Assalamu’alaiikum” dalam nada suara bariton dari dalam resto. Wow! Waalaikumsalam. Saya kalah cepat tapi tidak bisa dibilang terlambat.
Seperti pembawaan orang Sumatera Utara umumnya, begitulah Nuim. Tidak perlu basa basi. Kami langsung ngobrol seru. Satu porsi terbesar ayam Nando’s Peri-Peri dan tiga mangkok nasi pedas khas Nando’s (spicy rice) menjadi santapan kami bertiga ( saya dengan istri), sambil ngobrol sekitar 90 menit.
Ini yang seru. Mengenai kisah perjalanan kariernya. Juga — ini yang seru — heboh kesaksiannya tempo hari soal kasus pengemplang pajak Syamsul Nursalim, hingga Pemilu Australia yang baru saja berlangsung. Hari itu pas hari pelantikan
PM yang baru terpilih, Anthony Albanese (59) dari Partai Buruh sebagai Perdana Menteri yang ke-31 menggantikan PM lama Scott Morrison (dari Partai Liberal).
PM baru adalah putra dari ibu tunggal yang dibesarkan di kompleks perumahan rakyat yang dibangun pemerintah ( semacam Perumnas). Cita-cita lama Anthony Albanese duda seorang anak, menduduki kursi Perdana Menteri akhirnya terkabul.
Pemilu di Australia kemarin berlangsung tenang-tenang saja. Tidak ada keriuhan yang berarti. Berbanding terbalik dengan keadaan di Tanah Air. Yang jadwal Pemilunya masih 2024, tapi sudah gaduh sejak tahun lalu. Entah seperti apa riuhnya seandainya Presiden RI yang terpilih statusnya seperti PM Australia yang baru : anak dari ibu tunggal.
Swab Antigen
Nama lengkap wartawan legendaris ini : Nuim Mahmud Khaiyath. “Arti hayat adalah “yang hidup”, sedangkan khaiyath, artinya tukang jahit – Panjaitan.. Hahaha, ” sergahnya spontan.
Ayah 4 Anak dan kakek 11 cucu, kelahiran Medan, Sumatera Utara, 7 Desember 1938 itu tampak masih sangat bugar.
” Insya Allah, tahun ini saya menginjak usia 84 tahun,” ujarnya.
Apa resepnya sehingga awet muda dan bugar?
” Jangan anggap diri sudah tua, terus berkarya dan olahraga. Bukan hanya yang aerobik melainkan juga yang melibatkan resistensi – angkat beban/besi misalnya, ” sahut pria kelahiran Medan yang dibesarkan di Jalan Masjid Gg Bengkok, Medan.
Sebenarnya kami janji bertemu minggu lalu, namun batal. Sehari sebelum pertemuan, Nuim kirim pesan di WhatsApp. Dia mendadak pilek hari itu. Di Melbourne, dan pada umumnya kota-kota di Australia yang kasus Covid-19nya masih tinggi riskan berinteraksi dalam kondisi kesehatan seperti itu. Walaupun di Australia kini sudah bebas, tidak ada lagi pembatasan kegiatan masyarakat, namun ada juga masyarakat yang fanatik masih memberlakukan persyaratan rapid Test Antigen sebelum menghadiri pertemuan.
Berkaca pada alasan itu, saya pun membawa tiga kit Swab Antigen ke resto, siang itu. Tapi Nuim tidak mau menggunakan. Alasannya karena baru semalam dia diswab Antigen. “ Jangan khawatir, saya setiap hari test. Vaksin saya sudah tiga kali, malah bersiap yang keempat,” jelasnya seperti membaca pikiran saya.
Vaksin ke 4 ?
“Iya khusus untuk lansia usia 70 tahun ke atas.”
Saya dan istri tetap lanjutkan test Antigen di resto itu. Hasilnya, syukur, negatif. Makna Test Antigen sekarang sekaligus menunjukkan penghormatan kepada pihak yang diajak pertemuan. Pernyataan komit pada perasaan nyaman dan aman karena kami berikhtiar melindunginya juga. Dampaknya, memang yang panen dan bertambah kaya, tentu perusahaan farmacy di mana pun. Test Antigen di sini mahal. Test PCR nya AUD $ 145 ( Rp.1,5 juta).
Nuim Khaiyath memulai kariernya di dunia jurnalistik pada 1964 dengan bekerja pertama kali di BBC London. Kontraknya lima tahun tapi waktu itu dia hanya jalani tiga tahun. Kemudian pindah bekerja di Radio Australia Siaran Bahasa Indonesia (RASI) 1967-1970. Tahun 1970 kembali lagi ke BBC London. Menghabiskan sisa dua tahun kontraknya terdahulu hingga tahun 1972. Lalu kembali lagi ke RASI dan bekerja hingga pensiun di tahun 2014.
Nuim telah bekerja 40 tahun untuk ABC dan ia merasa keberadaannya sebagai warga Indonesia di Australia telah “memanfaatkan dan dimanfaatkan”.
Ia menjelaskan salah satu misi RASI adalah untuk saling memperkenalkan dua bangsa dan berharap bisa memberikan rasa saling pengertian.
“Kami memberikan penjelasan kepada masyarakat di Australia mengenai Indonesia dan dalam kasus tertentu mengenai Islam.
Kemudian kepada para pendengar Radio Australia di Indonesia, kami mencoba memberikan penerangan, keterangan, penjelasan, mengenai keadaan yang sebenarnya di Australia,” tuturnya panjang lebar dalam sebuah wawancara dengan ABC Indonesia beberapa waktu lalu.
// Salat Jumat di hari Minggu //