Di Pulau Kangean dan Gili Iyang (Pulau Oksigen) yang menyimpan kearifan lokal dan kekayaan darat sebagai unggulan destinasi wisata masih bisa diandalkan. Di Kangean yang terdiri dari 191 pulau, 27 diantaranya berpenghuni menyimpan budaya beternak ayam bekisar dan karapan kerbau di samping pulau pulau di sekitar yang masih layak jual keragaman hayati bawah lautnya. Dalam hal ini Pemerintah sumenep dan Dinas Budpar Jatim diharapkan cerdas membuat konsep destinasi dan mendatangkan wisatawan ramah lingkungan
Perjalanan terjauh kapal Phinisi ‘Flores Utama Indah’ yang khusus didatangkan dari Labuan Bajo, singgah di Pulau Salarangan salah satu dari 23 pulau berpenghuni, di Kecamatan Arjasa yang memiliki 58 pulau.
Dua pulau lainnya Sitabok dan Paliat tidak sempat disinggahi akan tetapi perairannya masih memiliki terumbu karang dan padang lamun dan anggur laut (coulerpa sp) atau lawi lawi, sebutan lainnya latok yang menawan. Sitabok dan Paliat adalah dua pulau yang mendunia.
Sebagai catatan, Pulau Sitabok dan Paliat dihuni pendatang dari Mandar, Jawa, Madura dan Buton mereka pelaut-pelaut tangguh. Nelayan di kedua pulau tersebut mencari ikan hingga di Pulau Pasir (Asmore Island) di wilayah Northern teritory, Australia Utara.
Tradisi mencari teripang dan hiu di perairan Pulau Pasir tersebut yang dilakukan turun temurun itu dianngap sebagai praktek illegal fishing oleh Australia. Nelayan Sitabok dan Paliat menyeberangi Samudra Hindia, istirahat dan menambah perbekalan di pulau Rote Ndao, pulau paling terdepan di Samudera Hindia. Kegigihan nelayan Paliat dan Sitabok membuktikan bangsa ini terlahir menjadi pelaut ulung serta mempunyai kearifan lokal ini dapat dijadikan nilai tambah pariwisata.
Kalah Pamor
Kerusakan ekosistim di sejumlah pulau pulau kecil di Sumenep, menurut Profesor Daniel. M Royid, pakar kelautan dan maritim, sudah lama terjadi karena praktek ilegal fishing dengan menggunakan bahan peledak semacam potasium.
Kegiatan wisata bisa ikut memperparah ekosistem terumbu karang ketika jangkar merusaknya juga ulah wisatawan antara lain aktivitas snorkeling .
Padahal kawasan perairan tertentu sudah ditetapkan sebagai kawasan konservasi menjadi kawasan Taman Laut untuk kegiatan yang sangat terbatas. Gencarnya promosi destinasi wisata tanpa konsep dan tidak melibatkan masyarakat setempat serta menjalin kerjasama harmonis dengan instansi terkait brakibat fatal. Sumenep memiliki luasan mangrove 19.765 Ha, Terumbu karang 17.949 Ha dan Padang lamun 1.034 Ha terluas di Jawa Timur.
Wilayah Sumenep memiliki 126 pulau, 48 pulau diantara berpenghuni memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata nasional. Pulau pulau tersebut merupakan bagian dari wisata unggulan yang dimiliki Indonesia.
Menurut data Kementerian Kelautan dan Perikanan, Indonesia memiliki 20,87Juta Ha kawasan konservasi perairan, pesisir, dan pulau-pulau kecil. Garis pantai Indonesia membentang 99.093 km dengan luas laut 3,257Juta km².
Kekayaan maritim ini membuat wisata bahari di Indonesia tak diragukan lagi keindahan dan keunikannya. Wisata bahari Indonesia tersebar dari Sabang sampai Merauke. Ada banyak yang bisa dieksplor dalam wisata bahari Indonesia. Di wisata bahari ini terdapat 590 jenis karang, 2.057 ikan karang, 12 jenis lamun, 34 jenis mangrove, 1.512 jenis crustacean, 6 jenis penyu, 850 jenis sponge, 24 jenis mamalia Laut, dan 463titik Kapal Tenggelam. Menjadi tantangan ketika pulau pulau wisata bahari Jawa Timur kalah pamor dengan kepulauan seribu, Karimun Jawa, Raja Ampat, Bunaken dan lainnya. (*)
Penulis adalah Ketua Forum Masyarakat Kelautan, Maritim dan Perikanan.