banner 728x90

Menjual Pulau, Menyelamatkan Pesisir

Menjual Pulau, Menyelamatkan Pesisir

Oleh Oki Lukito

Beberapa penumpang di kapal Phinisi yang sedang melakukan perjalanan wisata mengunjungi pulau pulau kecil di Kabupten Sumenep pertengahan bulan Maret lalu, tidak mampu menyembunyikan kecewa saat singgah di Gili Pandan.

Pulau tidak berpenghuni ini terletak di sebelah selatan pulau Madura, tepatnya di Kecamatan Gili Genting Kabupaten Sumnenep.

Pulau ini sebetulnya indah dilihat dari kejauhan dari atas anjungan kapal phinisi, berpasir putih dan lautnya bening berwarna biru.

Di darat pulau ini tidak seindah yang dilihat dari kejauhan. Tumpukan sampah berupa batang, ranting pohon, sampah plastic berserakan sepanjang pantai, bahkan bangkai kucing ditemukuan di salah satu pulau destinasi unggulan wisata bahari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemprov Jatim itu.

Sejumlah warga dari pulau seberangnya, Pulau Gilingan tampak menambang pasir secara tradisional. “ Kami sudah bertahun tahun mengambil pasir di sini untuk membuat rumah dan menghiasi halaman rumah,” jelas Achmad yang sedang menurunkan karungan pasir ke kapal nelayan yang disulap menjadi kapal pengangkut pasir.

Menjual Pulau, Menyelamatkan PesisirSebagai referensi, Gili Pandan, Pulau Gresik Putih, Pulau Keramat di Kecamatan Gili Genting, Kabupaten Sumenep karena penggalian pasir yang masif dan gelombang pasang, tercatat pulau yang nyaris tenggelam. Luas Gili Pandan tinggal 100 meter (1 km2), Pulau Keramat tinggal 50 meter persegi, Gresik Putih mulai tenggelam tahun 2005, luasnya dulu 500 meter persegi saat ini tidak tampak lagi.

Kondisi ekosistim pesisir lainnya yang tidak menggembirakan ketika singgah di Gili Labak, Kecamatan Talango ini beberapa tahun lalu terkenal dengan keindahan biota bawah lautnya.

Seperti pulau Gili Genting, Sepanjang, Sepudi, Salarangan, Sitabok dan Paliat dikelilingi terumbu karang dan padang lamun yang menawan. Saat ini Gili Labak, Gili Genting, Sepanjang, Sepudi menjadi korban gencarnya program destinasi wisata bahari Provinsi maupun lokal yang tidak terkonsep dengan baik.

Tidak ada yang menyejukkan mata di perairan Gili Labak ketika peserta ekspedisi Phinisi menceburkan diri dengan antusias ingin melihat terumbu karang. “Terumbunya gersang tinggal karang mati tidak berpenghuni (ikan)” ungkap Bramantyo foto graper dan video graper yang mengambil gambar kondisi bawah laut Gili Labak.

Menurut, Kepala Desa Abdul djalil, sejak dibangun beberapa Gasebo di pinggir pantai ratusan pengunjung tiap minggu memenuhi Gili labak. Menikmati pasir putih dan berenang, menyelam di area konservasi laut yang dipenuhi karang dan padang lamun. “ Sekarang masih ada yang datang hanya menikmati pantai, tidak ada yang berenang melihat karang,” jelasnya saat di temui di pinggir pantai.

Di Gili Labak dan Gili Genting wisatawan yang bermalam masih bisa menikmati keindahan matahari terbit atau terbenam.
Kearifan Lokal.