Jalan Tunjungan dengan berbagai upaya mempertahankan bangunan bersejarah, merawat dan memelihara kembali, ternyata tetap saja tidak ramai seperti dulu. Tunjungan seperti digambarkan dalam lagu itu seperti tinggal kenangan.
Magnit “Siola” sekarang berubah fungsi menjadi Mall Pelayanan Publik Terpadu, magnit toko-toko masa lalu dengan barang jualan lebih modern, sudah hilang ditelan zaman. Hanya sejarah tinggal tiang bendera Hotel Yamato sebagai saksi bisu peperangan 10 November dengan merobek kain bendera biru Belanda beserta Hotel Majaphit (dulu, Hotel Yamato), tetap masih menjadi kebanggaan generasi masa kini.
Oleh karena itu, menjaga ciri khas Kota Surabaya sebagai (Kota Pahlawan, Kota Pelabuhan, Kota Kesenian Khas, Kota Taman, Kota Santri –cikal bakal– kelahiran Hari Santri Nasional. Maka memerlukan “Tim Khusus” mencatat hiruk pikuk sejarah Kota Surabaya, kemudian membuat museum terpadu sebagai ikon wisata sekaligus menjaga budaya dan tradisi apa saja di antara kejayaan Kota Surabaya. (Jt/bbs/bersambung)