Jumat, 26 April 2024
28 C
Surabaya
More
    OpiniTajukIPW dan Piala Menpora (9 Alasan Lebih Tepat Justru Mendukung)

    IPW dan Piala Menpora (9 Alasan Lebih Tepat Justru Mendukung)

    Oleh Djoko Tetuko – Pemimpin Redaksi Wartatransparansi

    Ketika Indonesia Police Watch (IPW) kembali mempermasalahkan Piala Menpora. Justru seperti pribahasa “Menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri”.

    “(Melakukan sesuatu perbuatan yang memalukan nama baik sendiri)” Mengapa? Koreski IPW supaya Piala Menpora mematuhi dan menjalankan PPKM Mikro sangat luar biasa)

    Supaya Piala Menpora mendapat pengawasan super ketat dalam hal pengunaan keuangan negara, juga sangat luar biasa.

    Tetapi ketika melakukan analisis terhadap klub Liga 1 yang kini terancam gulung tikar, karena kompetisi sepakbola berhenti dan “mati suri”. Itulah kritik konstruktif IPW sangat luar biasa, dan semestinya lebih tepat jika justru memohon kepada PSSI untuk menjalankan turnamen pramusim ini dengan profesional. Bukan melarang atau menghentikan.

    Dan memohon kepada Kapolri Listyo Sigit Prabowo mematuhi instruksi pemerintah dengan mengeluarkan surat izin Piala Menpora, dengan protokol kesehatan dan ketentuan lain sesuai dengan standar kompetisi sepakbola di negara-negara Eropa yang juga terkena pandemi Covid-19. Juga PPKM Mikro.

    Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang dikeluarkan pemerintah melalui Mendagri Tito Karnavian, dipatuhi dengan disiplin tinggi sekaligus membangkitkan ekonomi dari cabang olahraga sepakbola, dan menyelamatkan ratusan pemain profesional dalam kondisi terpapar secara ekonomi.

    Neta S Pane, Ketua Presidium Indonesia Police Watch, menyatakan;
    pertama, pertandingan itu semula direncanakan berlabel Piala Presiden tapi pihak Istana menolak. Lalu direncanakan lagi sebagai Piala Kapolri dan juga ditolak. Akhirnya diberi nama Piala Menpora.
    (Soal nama Piala itu tidak perlu dipermaslahkan, karena lebih tepat bagaimana ada pergelaran sepakbola pemain terselamatkan masyarakat terhibur).

    Kedua, klub legendaris Persipura mundur dari Piala Menpora karena PT LIB dianggap Persipura tidak profesional. (Lebih baik melakukan Monev secara mendalam mengapa Persipura sampai tidak ikut).

    Ketiga, ada sebanyak 17 pemain PSM belum dibayar gajinya untuk musim 2020 lalu dan bagaimana mereka bisa bermain tanpa digaji. (Apakah bukan karena sepakbola berhenti, maka keuangan klub menjadi kembang kempis).

    Keempat, ada 6 klub lain di l
    Liga 1 yang juga sebagian pemainnya belum dibayar gajinya di musim 2020 lalu. (Klub tidak mampu membayar karena apa?).

    Kelima, Menpora tidak transparan mengenai biaya turnamen dan jika menggunakan uang negara harus diaudit BPK dan turnamen ini harus dipelototi KPK agar tidak terjadi korupsi, mengingat dana bansos saja dikorupsi. (Semua setuju supaya turnamen ini transparan karena keuangan negara)

    Keenam, dipastikan 70 persen klub yg ikut Piala Menpora, pemainnya dibayar secara tarkam (jauh di bawah gaji pemain profesional). Inilah sepakbola Indonesia, pemain profesional dibayar seadanya tidak tahu standar apa yang penting bisa bermain sudah senang dan dapur mengepul kembali.

    Ketujuh, patut dicurigai pemain asing di Piala Menpora belum mendapatkan KITAS dan jika ini terjadi itu merupakan pelanggaran hukum.
    (Sepakat dengan meminta ijin turnamen atau ijin keramaian atau ijin sepakbola pada masa pandemi Covid-19, pemain asing wajib sesuai ketentuan statuta FIFA).

    Kedelapan, dipastikan tidak satu pun pemain Piala Menpora diasuransikan. (Saya kira ini saran dan masukan cukup baik, sehingga menjadi syarat keluarnya ijin).

    Kesembilan, patut diduga para pemain Piala Menpora tidak bisa membayar pajak penghasilan (PPh) karena penghasilannya setara tarkam. (Soal PPh, dalam kondisi transisi dan sikon seperti sekarang semua bisa dimusyawarahkan)

    Dari sembilan alasan di atas, justru dengan rendah hati semestinya IPW memberikan dukungan supaya Piala Menpora dan kompetisi sepakbola di negeri ini segera diselenggarakan dengan protokol kesehatan plus vaksinasi.

    Kerendahan hati IPW dengan berbagai alasan sangat konstruktif, mendukung dan memberikan semangat turnamen atau kompetisi sepakbola, justru akan menyelamatkan sepakbola Indonesia. Dan tentunya menuju prestasi sepakbola Indonesia yang membanggakan. Bukan semakin merosot seperti sekarang.

    Percaturan sepakbola di dunia ini, tidak mungkin prestasi sebuah negara sampai mencapai Piala Asia bahkan Piala Dunia, jika tidak memiliki pemain dengan standar kompetensi kelas dunia secara terjaga aktif dalam kompetisi. (*)

    Penulis : Djoko Tetuko

    Sumber : WartaTransparansi.com

    Berita Terkait

    Jangan Lewatkan