Oleh Djoko Tetuko – Pemimpin Redaksi Wartatransparansi
Ketika Indonesia Police Watch (IPW) kembali mempermasalahkan Piala Menpora. Justru seperti pribahasa “Menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri”.
“(Melakukan sesuatu perbuatan yang memalukan nama baik sendiri)” Mengapa? Koreski IPW supaya Piala Menpora mematuhi dan menjalankan PPKM Mikro sangat luar biasa)
Supaya Piala Menpora mendapat pengawasan super ketat dalam hal pengunaan keuangan negara, juga sangat luar biasa.
Tetapi ketika melakukan analisis terhadap klub Liga 1 yang kini terancam gulung tikar, karena kompetisi sepakbola berhenti dan “mati suri”. Itulah kritik konstruktif IPW sangat luar biasa, dan semestinya lebih tepat jika justru memohon kepada PSSI untuk menjalankan turnamen pramusim ini dengan profesional. Bukan melarang atau menghentikan.
Dan memohon kepada Kapolri Listyo Sigit Prabowo mematuhi instruksi pemerintah dengan mengeluarkan surat izin Piala Menpora, dengan protokol kesehatan dan ketentuan lain sesuai dengan standar kompetisi sepakbola di negara-negara Eropa yang juga terkena pandemi Covid-19. Juga PPKM Mikro.
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang dikeluarkan pemerintah melalui Mendagri Tito Karnavian, dipatuhi dengan disiplin tinggi sekaligus membangkitkan ekonomi dari cabang olahraga sepakbola, dan menyelamatkan ratusan pemain profesional dalam kondisi terpapar secara ekonomi.
Neta S Pane, Ketua Presidium Indonesia Police Watch, menyatakan;
pertama, pertandingan itu semula direncanakan berlabel Piala Presiden tapi pihak Istana menolak. Lalu direncanakan lagi sebagai Piala Kapolri dan juga ditolak. Akhirnya diberi nama Piala Menpora.
(Soal nama Piala itu tidak perlu dipermaslahkan, karena lebih tepat bagaimana ada pergelaran sepakbola pemain terselamatkan masyarakat terhibur).
Kedua, klub legendaris Persipura mundur dari Piala Menpora karena PT LIB dianggap Persipura tidak profesional. (Lebih baik melakukan Monev secara mendalam mengapa Persipura sampai tidak ikut).
Ketiga, ada sebanyak 17 pemain PSM belum dibayar gajinya untuk musim 2020 lalu dan bagaimana mereka bisa bermain tanpa digaji. (Apakah bukan karena sepakbola berhenti, maka keuangan klub menjadi kembang kempis).