Oleh Djoko Tetuko – Pemimpin Redaksi WartaTransparansi
Ketika Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Jawa Bali, sejak 11 Januari 2021, seharusnya dunia olahraga di tanah air, khususnya sepakbola segera digelar.
Mengapa? Sepakbola merupakan salah satu olahraga paling mengakar di masyarakat Indonesia. Potret anak-anak dari kampung ke kampung di seluruh pelosok desa nan jauh, salah satu permainan paling digemari adalah sepakbola.
Bahkan, tidak berlebihan jika kebudayaan dan kebangsaan Indonesia, tidak bisa dipisahkan dengan sepakbola. Permainan olahraga ini sudah merakyat begitu kuat.
Oleh karena itu, semestinya perubahan kebijakan ketika pemerintah menetapkan PPKM dari Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), sejak saat itu diumumkan bahwa sepakbola dipekenalkan digelar dengan protokol kesehatan sekaligus protokol Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
Mengapa? Semangat PPKM ialah “mengendalikan COVID-19 dan memulihkan serta membangkitkan ekonomi”. Dan salah satu upaya seperti itu ada di sepakbola.
Karenanya jika sampai detik ini baru wacana bahwa pemerintah melalui Kepolisian akan memberikan ijin dengan syarat. Wacana ini sudah “ketinggalan kereta”. Sudah melahirkan dan menambah “dosa besar” bagi pemerintah dan siapa saja yang melarang sepakbola.
“Dosa besar” karena sudah ribuan korban di sepakbola, benar-benar terpapar gara-gara krisis ekonomi karena pemberhentian pergelaran sepakbola. Mulai dari pemain, pelatih, pemilik klub sudah jatuh bangun menderita karena sudah kehilangan semuanya.
Sepakbola boleh dikatakan sama dengan ekonomi di level mikro, jika berhenti sejenak saja maka ribuan korban akan berjatuhan. Dan ribuan penonton penggemar sepakbola klub di tanah air juga menderita.
Padahal, jutaan rakyat dengan menonton sepakbola, baik event turnamen maupun kompetisi Liga 1 dan 2, juga kompetisi level Liga 3, insyaAllah akan memberikan hiburan tersendiri dalam meningkatkan imun (kekebalan tubuh) selama lebih banyak di rumah mengikuti protokol COVID-19.
Tanpa mengurangi rasa hormat kepada Menteri Pemuda dan Olahraga, Ketua Umum KONI, Ketua PSSI, bahwa membiarkan berlarut -larut sepakbola, baik kompetisi maupun event bersifat turnamen akan menambah “dosa” kepada para pemimpin bangsa.
Sebab sepakbola selain menjadi mata pencarian pemain profesional, juga arena meriah prestasi pemain amatir dan pemain di sekolah sepakbola. Bahkan menjadi tontonan jutaan masyarakat Indonesia.
Oleh karena itu, pemerintah wajib segera mengelar pertandingan sepakbola untuk menebus kesalahan kebijakan membiarkan “sepakbola mati”. Sementara di negara Eropa sebut saja Spanyol, Prancis, Inggris, Jerman, Italia, dengan kasus terinfeksi positif COVID-19 lebih tinggi, sudah mengelar kompetisi sepakbola, tentu saja tanpa penonton tetapi disiarkan di televisi dan radio, juga diberitakan pula di media pers sebagai informasi sekaligus hiburan bagi masyarakat.
Sekali lagi, tanpa mempengaruhi kebijakan pemerintah, jika sepakbola segera digelar, maka akan menambahkan gairah dan semangat memulihkan ekonomi juga mengolahragakan masyarakat dan memasyarakat olahraga di masa pandemi COVID-19.
Percayalah! Jika event turnamen atau kompetisi sepakbola digelar kembali, maka akan menjadi salah satu usaha bersama memutus mata rantai COVID-19, karena semangat dan gairah masyarakat semakin meningkat. (*)