Sebab dalam tempo tidak terlalu jauh, gara-gara isu tidak sedap bahwa lelang jabatan manajer Timnas U-20, ada laporan PSSI melalui pengurus terpercaya menerima uang dari calon manajer.
“Isu miring” sangat merugikan itu dalam waktu sekejab sudah sampai ke petinggi FIFA. Bahkan Menpora Zainudin Amali minta laporan secara transpran “isu berbau skandal itu”.
Pemerintah, Menpora, PSSI dan semua pihak terutama kota-kota calon tuan rumah dengan persiapan sangat maksimal, perlu menjaga hasil renovasi stadion dan lapangan latihan serta pendukung lainnya.
Sebab, menjelang perhelatan nanti FIFA pasti akan melakukan verifikasi ulang untuk mengecek apakah masih layak atau tidak, Indonesia menjadi tak rumah. Dan layak atau tidak inilah membutuhkan figur sebagai duta PSSI dan pemerintah menjaga dan mengawal kepercayaan FIFA.
Mengapa? Tidak tertutup kemungkinan karena kepentingan politik, ada pihak menghasut FIFA dan AFC terkait dengan permasalahan yang dapat dibuat-buat. Terutama masih adanya polemik di dalam tubuh PSSI dan persepakbolaan nasional masih terlalu kuat. Politik dan polemik dengan kubu-kubuan.
Namun, jika pembatalan murni karena masa pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), maka menjaga, mengawal, dan rutin melakukan komunikasi sangat dibutuhkan. Sebab waktu 2 tahun dengan keputusan Piala Dunia U-20 batal setelah tertunda. Memungkinkan ada keputusan lain, bisa merugikan, bisa juga tetap menguntungkan Indonesia. (*)