Jadi kehilangan jabatan dan berhenti tanpa dapat pensiun ?
Betul! Ya itu bagian dari risiko untuk mencalonkan diri sebagai Wali Kota Surabaya.
Tetapi sesuai dengan Nawaitu untuk mengabdi dan mewakafkan diri kepada negeri melalui Kota Surabaya, juga istri dan Umi sudah mendukung jika harus meninggalkan pegawai negeri walau tanpa mendapat pensiun, juga meninggalkan jabatan sangat terhormat. Tetapi alhamdulilah saya tercatat mundur dengan terhormat.
Bagaimana setelah mundur dari ASN dan jabatan cukup bergengsi ?
Wah…, soal itu kan sudah saya jelaskan tadi bahwa Nawaitu atau niatnya sudah ingin mengabdi.
Tetapi yang sangat mempengaruhi pola berpikir sakarang, sekaligus ingin meningkatkan pembangunan Kota Surabaya untuk umat, bahwa menjadi pengangguran itu harus terus berpikir kreatif dan punya inovasi supaya ada aktifitas positif untuk melanjutkan kinerja dan pengabdian.
Belajar dari meninggalkan ASN selama persiapan Pilkada Surabaya, memperkuat keinginan untuk konsentrasi menjaga semua kepentingan warga Surabaya, terutama menyelesaikan masalah pengangguran, kemiskinan, pendidikan, dan kesehatan. Juga masalah wisata yang menjadi salah satu ikon Surabaya.
Bentuk pengabdian dan mewakafkan diri seperti apa ?
Saya punya keinginan RT, RW dan Kelurahan menjadi garda terdepan memimpin Kota Surabaya ini, mereka menjadi pelaku langsung semua kegiatan di wilayahnya dengan diberi kewenangan, anggaran, dan penghargaan lebih terhormat.
Kalau mereka sudah merasakan menjadi bagian terpenting dalam pembangunan Surabaya, maka akan ditingkatkan dengan pendataan berbasis digital dengan memberikan komputer di kelurahan, RW dan RT, sehingga pelayanan dan data warga sudah tersedia di wilayah mereka sendiri.
Inilah pelayanan dari bawah dengan harapan masyarakat mendapat kemudahan pengurus apapun, karena sudah ada data dan terkoneksi dengan seluruh dinas atau badan atau lembaga yang siap melayani.
Jika *diijabai Allah Subhanahu wa Ta’ala* jadi wali kota, insyaAllah program ini kalau berhasil. inilah hasil dari kerja para pemimpin di kampung-kampung. (Djoko Tetuko)