“Bicara yang Baik-baik”, Sehimpun Puisi menyeruak tahun 1948 Belanda kembali menyerbu Indonesia
Radio Rimba Raya Bener Meriah
di baliknya bukit-bukit berdiri tegak, di subuh sebasah embun, secara mengejutkan mengumumkan kepada dunia eksistesi keberanian dan siasat rakyat Indonesia:
dari sini Indonesia masih ada
dari sini Indonesia masih ada
dari sini Indonesia Masih ada
Terhimpun pula begitu kuat, sekuat untaian kata dan gemuruh gemercik suara, “Soekarno bapakku”.
Soekarno bapakku,
bangunlah kau dari istirahat panjangmu
perhatikanlah tanah airmu
yang sekarang menjadi tanah airku
tanah air yang pernah engkau menderita,
karena engkau telah memperjuangkan kemerdekaannya
Soekarno bapakku,
engkau memang telah lama wafat
tapi detak detik jantungmu terus melantunkan irama dan meyakinkan kami
bahwa perjuanganmu tidak sia-sia
….
Acep Zamzam Noor mengutip secara utuh salah satu puisinya yang berjudul “Robek-robeklah Dadaku” di bawah ini:
robek-robeklah dadaku
robek-robeklah dadaku
robek-robeklah jiwaku
asal jangan robek-robek merah putihku robek-robeklah dadaku
robek-robeklah jiwaku
asal jangan robek bendera merah putihku Indonesia kita semua bisa berbeda selera
lebih pelangi dari semua cahaya di langit
kita semua bisa berbeda suku
lebih sempurna dari semua perbedaan
tapi justru dengan perbedaan itu,
…….
Dan “hitam putih puisi” adalah batas di antara cahaya pelangi jingga hingga menjelang maghrib. Samar-samar warna merah menyapa dunia, suara Nusantara dalam aneka cita rasa, Radio Republik Indonesia sebagai bagian kampanye jujur dan sederhana walau hanya sebait karya
Ketika M. Rohanudin meneruskan karirnya di RRI banyak sekali acara sastra yang diselenggarakan di lingkungan RRI, begitu juga setelah memegang jabatan penting sejumlah event yang bertarap nasional diselenggarakannya di berbagai wilayah di Indonesia, dan dia tidak pernah melupakan sastra di dalamnya.
Sejak masih mahasiswa penyair penyiar ini, banyak juga menulis puisi di koran-koran namun kemudian ia lebih memilih media audio (juga video) untuk memublikasikan puisi-puisinya. Ia juga kerap tampil membaca puisi di panggung dan televisi. Dalam rangka merayakan kemerdekan RI tahun ini menerbitkan antologi puisi karyanya sendiri dengan judul Bicaralah Baik-baik.
Seperti penyair lain pasti akan membuat panggung milik sendiri untuk bangsa dan negara, ketika sedang merayakan kemerdekaan sedemikian rupa. Kemerdekaan dalam “Bicaralah yang Baik-baik”. (Djoko Tetuko)