Oleh : HM. Zahrul Azhar As. Sip, MKes (Wk Ketua ISNU Jatim)
Surabaya adalah kota “multijuluk”, dari mulai julukan sebagai kota pahlawan hingga yang kekinian ; Sparkling Surabaya.
Dari belasan julukan ada julukan yang mulai dilupakan bahkan mulai asing dikalangan arek arek Suroboyo milenial yaitu Surabaya kota INDAMRDI.
Indamardi adalah singkatan dari ; industri, dagang, maritim dan pendidikan. Memang empat sektor inilah yg paling menonjol di tahun 70-90 an dengan wilayah yang berbeda beda , walau dominan didaerah utara terutama bidang maritim dan perdagangan , sementara industri dan pendidikan lebih ke selatan dan timur.
Pembagian dan perkembangan wilayah di Surabaya memang tidak sama persis sperti halnya di Jakarta, kalo di Jakarta sejak akhir orde lama hingga awal orde baru perkembangannya KONON sngat dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan kekuasaan yang happening pada saat itu dan akhirnya sangat tampak sekali kesenjangan nya diantara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain.
Jakarta pusat adalah wilayah penguasa sipil non militer disana letak pusat pemerintahan dan juga sekaligus pusat hiburan siang dan malam , di daerah utara adalah wilayah TNI angkatan laut dengan industri kemaritimannya , Jakarta barat adalah wilayah polisi hinga sekarang masih banyak lahan milik kepolisian ada diwilayah ini.
Yang paling mencolok adalah perbedaan antara Jakarta timur dan Jakarta selatan , yang timur dikuasai oleh angkatan udara cenderung kemajuannya paling lambat hal ini dikarenakan tentang issue “keterlibatan” elit AU pada saat itu dengan partai terlarang di Indoensia, namun sebaliknya semua pusat bisnis dan daerah segitiga emas hingga rumah elit ada di Jakarta selatan sebagai wilayah kekuasaan TNI Angkatan Darat, tidak bisa dipungkiri 32 tahun Negeri ini “dikuasai” oleh elit angkatan darat , hampir semua sektor dan departemen pucuk pimpinan nya pasti ada unsur Doreng Hijaunya. Pasca reformasi peta bergeser dan kini aparat berseragam coklat lebih mendapatkan angin segar untuk menduduki posisi yang “segar dan menyehatkan”.
Kembali ke Surabaya, kekuatan militer yang paling dominan adalah sekelas GARNISUN yang tidak memiliki kewenangan se-strategis Mabes , Garnisun (berasal dari kata pada bahasa Prancis garnison, dari kata dasar “garnir” yang berarti “melengkapi”) adalah sebutan untuk sekelompok pasukan yang bertempat di suatu lokasi, dan bertujuan untuk mengamankannya saja, sehingga peran militer disurabaya tidak bisa mewarnai pembagian wilayah seperti halnya di Jakarta.
Di Surabaya sempat terjadi pembagian wilayah dalam sekala kecil sebelum kemerdekaan RI yang sapai sekarang sebagaian masih dapat dilihat yaitu di wilayah jembatan merah sebagai episentrum nya; sisi timur selatan sungai kali mas adalah wilayah para pedagang dari etnis Tionghoa , wilayah timur utara sunggai kali mas adalah wilayah para pedagang dari Arab dan Gujarat dan wilayah barat kali mas adalah wilayah elite para bangsawan Belanda ber bisnis , bahkan hingga sekarang masih berdiri kokoh gedung BANK VOC yang sekrang menjadi kantor sebuah BUMN.
Pasca kemerdekaan dan dimasa orde baru Surabaya makin meluas, industri banyak berada di wilayah selatan , perdagangan dan maritim bnyak diwilayah utara sementara pendidikan banyak diwilayah tengah dan timur , praktis Surabaya barat adalah “wilayah baru” dalam perkembanagannya yang sebagiannya kini tampak lebih dulu “diramut” oleh pihak swasta dari pada pemerintah.