Oleh : Syarifudin (WartaTransparansi)
Usaha melawan Covid-19 di Indoensia dengan situasi dan kondisi daerah sangat beragam, ternyata dalam proses menuju kehidupan normal baru atau kehidupan lama jaman dulu diperbarui kembali. Salah satu kesamaan dalam memerangi penyebaran virus Corona ialah semua sepakat mewajibkan menggunakan masker. Oleh karena itu, mari kita sukseskan “Gerakan Maskerisasi”
Kewajiban menggunakan masker dengan sanksi denda Rp 250 ribu, bagi warga atau masyarakat yang lupa menggunakan masker di tempat umum, sesunguhnya banyak hikmah bisa diambil dari kewajiban baru itu, walaupun sifatnya sebagai kewajiban warga negara bersama-sama menyelamatkan bangsa dan negara dalam hal memerangi atau memutus mata rantai virus Corona.
Hikmah pertama, kehidupan anak bangsa ini, sudah lama tidak mengindahkan sopan santun dan tata krama hidup sehat dan bersahaja, sebagaimana contoh kehidupan jaman dulu, jika mau bersin selalu ditutup dengan sapu tangan atau minimal menutup dengan tangan, itupun disertai ucapan permohonan maaf, dan memilih tempat agak sepi atau menjauh dari keramaian.
Jaman sekarang sebelum ada Corona, bersin di tempat umum sudah tidak sopan lagi, dibiarkan seperti lomba burung, bersahut-hutan. Bahkan tidak lagi mengindahkan sopan santun dengan menutup hidung atau menjauh dari kerumunan. Bahkan di depan makanan dan minuman tetap saja bersin, lebih kurang agamis lagi, setelah bersin walaupun muslim jarang sekali mengucapkan “Alhamdulillah” sebagaimana disunnahkan.
Terkait dengan bersin baru-baru ini para peneliti di Massachusetts Institute of Technology (MIT) Amerika Serikat melakukan penelitian terhadap batuk dan bersin. Hal ini sebagaimana yang telah dilaporkan oleh situs MIT News, Selasa (8/4/2014).
Hasil studi tersebut menemukan bahwa butiran air kecil yang dihasilkan dari batuk dan bersin dapat melakukan perjalanan 5 sampai 200 kali lebih jauh dari perkiraan sebelumnya oleh para peneliti lainnya. Bahkan butiran air kecil tersebut sering kali dapat berada di udara cukup lama hingga dapat mencapai alat ventilasi udara pada sebuah ruangan. Dengan kata lain, sebuah bersin berpotensi dapat mencemari satu ruangan.
Makalah tentang topik ini ditulis dengan judul “Violent expiratory events: on coughing and sneezing”, diterbitkan dalam Jurnal Mekanika Fluida. Makalah ditulis oleh Bourouiba, Bush, dan Eline Dehandschoewercker, seorang mahasiswa pasca sarjana di ESPCI ParisTech, sebuah universitas teknik Perancis, yang sebelumnya adalah mahasiswa tamu musim panas di MIT, didukung oleh program MIT-France.
Menurut John Bush, profesor matematika terapan di MIT, ketika Anda batuk atau bersin, Anda melihat butiran-butiran, atau merasakan jika seseorang bersin dekat Anda. Tapi Anda tidak melihat ‘awan’, fase gas yang tidak terlihat. Pengaruh dari ‘awan gas’ ini adalah untuk memperluas jangkauan dari butiran-butiran kecil individu, terutama yang lebih kecil.
Sebelumnya, banyak yang memperkirakan justru kebalikannya, bahwa butiran cairan berukuran besar dari bersin akan terlontar jauh karena mereka memiliki lebih banyak momentum, yang secara klasik didefinisikan dengan massa dikali kecepatan. Sedangkan butiran kecil jangkauannya lebih pendek. Ternyata hasil studi MIT ini justru menunjukkan fakta sebaliknya.
Berdasarkan temuan tersebut, salah seorang penulis pada makalah itu mengatakan bahwa ventilasi dapat tercemar lebih langsung dari yang kita duga sebelumnya. Arsitek dan insinyur mungkin perlu memeriksa kembali desain tempat kerja dan rumah sakit, atau sirkulasi udara pada pesawat terbang, untuk mengurangi kemungkinan dari patogen, agen biologis yang dapat menyebabkan penyakit bagi yang menghirupnya, di udara yang ditularkan di antara orang banyak.
Menurut Lydia Bourouiba, asisten profesor di Fakultas Sipil dan Lingkungan MIT, Anda dapat memiliki pencemaran ventilasi dengan cara yang lebih langsung dari yang kita duga sebelumnya,” ujar.
Hal ini secara tidak langsung membuktikan kebenaran apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada kita. Lebih dari 1400 tahun yang lalu, Nabi Muhammad SAW telah mengajarkan bagaimana tindakan dan sikap yang harus dilakukan seseorang ketika mengalami bersin. Dalam sebuah hadits dikatakan,
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا عَطَسَ غَطَّى وَجْهَهُ بِيَدِهِ أَوْ بِثَوْبِهِ وَغَضَّ بِهَا صَوْتَهُ
“Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersin, beliau menutup wajahnya dengan tangan atau kainnya sambil merendahkan suaranya.” (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi)
Menutup wajah dengan tangan atau kain secara tidak langsung mengajarkan kepada kita untuk menutup hidung dan mulut ketika bersin. Karena pada kedua lubang inilah keluar butiran-butiran air kecil ketika bersin dengan kecepatan tinggi.