Cegah Covid-19, Kembali ke Khittah

Cegah Covid-19, Kembali ke Khittah
HS. Makin Rahmat, SH, MH

#Hidup_Sehat_Kuat_Tangguh

 Surat Terbuka HS. Makin Rahmat – Direktur LBH Maritim, Sekretaris SMSI Jatim dan Ketua LPBHNU Sidoarjo (Advokat/ Jurnalis)

Assalamualaikum wrwb

Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahirabbil ‘alamiin

Salam Sehat, Salam Kuat, Salam Tangguh

Saudaraku sebangsa setanah air di manapun berada, khususnya dulur-dulur di Surabaya, Sidoarjo, Gresik dan sekitarnya yang di-Rahmati Allah SWT. Pertama dan paling utama adalah selalu memuji syukur kepada Dzat Yang Maha Pengasih yang tak pernah pilih kasih dan Dzat Penyayang yang sayangnya tak terbilang. Shalawat, salam dan wasilah tercurah kepada manusia Agung Baginda Rasulullah SAW bersama keluarga, sahabat dan umatnya.

Seperti diketahui hasil Kordinasi rapat dengan Gubernur Khofifah Indar Parawansa dan Forkompimda Jatim bersama Forkompinda Kota Surabaya plus Sidoarjo dan Gresik, telah memutuskan, tidak memperpanjang PSBB lV. Artinya, PSBB III di Surabaya Raya, sejak Senin (8/6/2020) telah berakhir, kebijakan selanjutnya diserahkan kepada Bupati dan Walikota di masing-masing daerah.

Lantas langkah apa yang patut menjadi perenungan, kajian dan tatanan baru sehingga kita bisa leluasa mengarungi kehidupan di tengah Pandemi Covid-19? Setidaknya prioritas utama adalah mengembalikan pri kehidupan manusia untuk kembali normal.

Tidak perlu khawatir terhadap ganasnya Covid-19, semua harus ke Khittah, dasar manusia untuk memulai hidup yaitu sehat, kuat dan tangguh. Kita lahir dalam keadaan suci. Maka harus tetap kita jaga selalu hidup bersih, sehat dan suci, sampai maut menjemput kita dalam keadaan Khusnul Khatimah. Yakinlah, di balik peristiwa Covid-19, pasti ada hikmahnya.

Sebagai warga dan masyarakat yang beragama, tentu mengedepankan hidup sehat dengan tetap menjaga kebersihan, kesehatan, kesucian merupakan langkah kongkrit dalam tuntutan kehidupan sehari-hari. Selama hidup normal, jiwa sehat dan lingkungan kuat ikut mendukung jelas mempunyai efek positif dalam keadaan bagaimanapun.

Jujur, adanya pagebluk Covid-19, hingga ada Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), saya teringat budaya di pelosok desa, warga kampung yang ikut gotong royong membangun wilayahnya, termasuk mengamankan lingkungan lewat ronda malam dan melakukan penjagaan di pos RW atau RT setempat.

Seiring perkembangan zaman, budaya ronda, jaga kampung untuk menciptakan lingkungan aman, mulai tergeser digantikan Satpam didukung peralatan canggih seperti HT dan CCTV. Tidak jarang, beberapa pemukiman membikin cluster (kelompok tersendiri), guna memberikan rasa nyaman terhadap penghuninya.

Kembali terhadap bahaya Pandemi Covid-19 yang telah merebak menjadi Pandemi global, jelas telah memutarbalikkan fakta. Ada masyarakat awalnya rajin ke masjid berbalik antipati dengan alasan jamaah masjid bisa menjadi penyebar virus Corona, memilih kegiatan ibadah di rumah, mulai salat Jumat, rawatib, termasuk taraweh di bulan Ramadan. Terjadi pro-kontra. Kantor, sekolah, pondok pesantren, dan tempat umum sepi.