Oleh : Djoko Tetuko (Pemimpin Redaksi Transparansi)
InsyaAllah peringatan 1410 tahun Al-Qu’an turun ke bumi sebagai wahyu Nabi Muhammad SAW, melalui perantara Malaikat Jibril AS, malam kemarin dan hari ini diperingati. Ketika seluruh dunia mengagungkan kitab suci umat Islam, maka sesaat menyaksikan tanda-tanda alam, InsyaAllah Corona akan kembali atau berbalik masuk ke kandang dalam waktu tidak terlalu lama.
Selain tanda-tanda alam dimana bintang Surya (bintang dimana Allah SWT akan mengangkat semua wabah), dan rembulan sudah lebih bersahabat dengan umat. Kemudian mendengarkan pengajian sufi bersama Pak Tani, membaca hadits tentang wabah segera berakhir, dan obat dari Allah SWT bersamaan dengan memperingati turunnya Al-Qur’an (Nuzulul Qur’an), maka InsyaAllah Corona will turn back (berbalik/masuk) ke kampung halaman sekaligus bisa halal bi halal
Ketika Corona meninggalkan singgasana kerajaan manusia di dunia kembali ke alam hakiki sang virus, tentu saja diberi simbol bahwa manusia se Jagad sudah taubat, tokoh agama bersama tokoh masyarakat juga tokoh adat mengajak aparat berhenti mengumpat sesama umat, hanya karena gila hormat.
Proses itu selama bulan suci Ramadhan, semua sudah dilalui dengan ibadah maksimal (InsyaAllah) serta i’tikat baik.
Sekedar meminjam bait syair “Tombo Teko Loro Lungo” (Obat Datang, Sakit Pergi) Didi Kempot, ”…. Duh Gusti enggal welaso”, “… Duh Gusti enggal singkirno”, maka tersirat bahwa taubat manusia di bumi sudah terbentang luas, maka penyakit Corona pun segera lari atau pergi. InsyaAllah taubat selama Ramadhan sudah mendapat rahmat dan ampunan.
Bahwa hari ini bertepatan dengan tanggal 17 Ramadhan 1441 Hijriyah, atau sejak tahun 610 Masehi ketika Nabi Muhammad berusia 40 tahun, berarti sudah (1410 tahun hitungan Masehi dan 1442 tahun hitungan Hijriyah) Al-Qur’an menjadi petunjuk sekaligus obat di muka bumi, menjadi dzikir juga pembeda.
Termasuk menjalankan
Ibadah puasa di bulan Ramadan merupakan kewajiban bagi umat Islam. Perintah mengerjakan puasa tercantum dalam firman Allah SWT di Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 183 yang artinya; “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Penjelasan Al-Qur’an sebagai pembeda dan petunjuk sebagaimana Surat Al-Baqarah 185, menyebutkan, “Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu berbuka), maka (wajiblah baginya mengganti berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkan pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”
Bulan suci Ramadhan dengan capaian akhir menjadi orang beriman yang bertakwa, dan bulan dimana Al-Qur’an diturunkan sebagai obat sebagaimana surat Al Isra’ 82 menyebutkan, “dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi obat penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”.
Para ulama berbeda pendapat mengenai maksud dari kata “syifa’/obat” dalam ayat tersebut. Pendapat pertama mengartikan obat dalam ayat tersebut sebagai obat yang berkenaan dengan penyakit hati, menghilangkan tirai kebodohan dan menghapus keraguan akan kebesaran tanda-tanda kekuasaan-Nya.
Pendapat kedua, al-Qur’an sebagai obat penawar penyakit lahir seperti sakit kepala, infeksi dan lain sebagainya.
Al-Qur’an sebagai obat bagi yang sakit juga obat dalam arti luas, merupakan obat sangat mujarab melawan Corona secara bersama-sama. Sebab hampir sebagian besar umat Islam yang beriman, sudah melalui separuh lebih puasa Ramadhan dan hari ini bertepatan dengan hari dimana 1410 tahun lalu Al-Qur’an diturunkan, insyaAllah akan mendapat barokah dan rahmat. InsyaAllah obat akan turun.
Apalagi pada bulan suci Ramadhan Allah SWT memberikan rahmat dan pengampunan. Dimana pada 10 hari awal terdapat rahmat, dan 10 hari tengahnya terdapat ampunan, serta 10 hari terakhir terdapat pembebasan dari api neraka.
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin menjelaskan bahwa Al-Qur’an adalah bentuk kata benda infinitif (mashdar) dari kata qara`a (قرأ) yang bermakna membaca atau mengumpulka Jika Al-Qur’an berasal dari kata qara`a yang bermakna membaca, maka Al-Qur’an berarti sesuatu yang dibaca, sedangkan jika berasal dari kata qara`a yang bermakna mengumpulkan, maka Al-Qur’an berarti sesuatu yang mengumpulkan, karena Al-Qur’an itu berisi kumpulan kisah-kisah dan hukum.
Al-Qur’an menjelaskan bahwa kitab ini adalah sebuah “pembeda” (al-furqan), “buku ibu” (umm al-kitab), “petunjuk” (huda), “kebijaksanaan” (hikmah), “pengingat” (Dzikr) dan “wahyu” (tanzīl; sesuatu yang diturunkan, menandakan sebuah ajaran yang diturunkan dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah). Istilah lainnya yakni al-kitāb (Buku).
Umat Muslim percaya bahwa Al-Qur’an difirmankan langsung oleh Allah kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril, berangsur-angsur selama 22 tahun, 2 bulan dan 22 hari atau 23 tahun, dimulai sejak tanggal 17 Ramadan, saat Nabi Muhammad berumur 40 tahun hingga wafat pada tahun 632. Kata “Quran” disebutkan sebanyak 70 kali di dalam Al-Qur’an itu sendiri
Menurut ahli sejarah beberapa sahabat Nabi Muhammad memiliki tanggung jawab menuliskan kembali wahyu Allah berdasarkan apa yang telah para sahabat hafalkan. Setelah Nabi Muhammad wafat, para sahabat segera menyusun dan menuliskan kembali hafalan wahyu itu sesuai kemampuan mereka. Penyusunan kembali Al-Qur’an ini diprakarsai oleh Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq atas usulan dari Umar bin Khattab dengan persetujuan para sahabat senior.