Bertahaun-tahun menyanyikan dan memutar
“Lagu lama” itu …, “Ojok Njajan …x3” (Jangan beli Jajan/kue, pen) dan suaaana pandemi virus Corona hampir semua penjual jajanan “mati suri” karena tanpa pembeli.
Nyanyian “Lagu Baru” … “Jaz Jes … Jaz Jes … Jaz Jes …”, juga tidak terdengar merdu lagi karena suara musik dan suara penyanyi sudah sembunyi menyendiri … menepi mencari perlindungan diri juga sujud massal bertaubat.
Bertahun-tahun menerima target tinggi dan omzet selangit, selagi masih terus berlaju dan berdenyut di antara suka duka dan riang gembira serta wajah murung penumpang, transportasi kini sujud massal.
Bertahun-tahun melupakan ibadah dan mengabdi, kini meraka sujud massal mengabdi tanpa berhenti, sepeeti merangkul “kitab suci abadi”, melantunkan suara suci pertanda taubat sendiri, berdzikir komat kamit karena tidak ingin terkekang seperti saat ini.
Bertahun-tahun jalang melintang ke semua arah tiada terbilang, mempesona melanglang buana dengan penuh manja, menggoda semua insan di bumi dan langit semesta dengan tawaran menawan. Kini karena Corona Covid-19 semua diabadikan dalam sejarah suci, sujud massal tanpa mau menentang walau hanya sekedar meradang.
Bertahun-tahun menjadi penguasa Jagad raya, menguasai bumi, lautan, dan udara. Kini Bersujud massal, tunduk, takluk, teraniaya karena sebuah peringatan dari Yang Maha Kuasa, tentang makhluk “ajaib” bernama Corona. (djoko tetuko)