Opini  

Ketika Guru RA dan PAUD Terpinggirkan

Ketika Guru RA dan PAUD Terpinggirkan
ilustrasi : Sekolah PAUD yang diharapkan menjadi penerus bangsa.

Padahal Mulok dan Diniyah akan menjadi baik dan bisa berkembang sesuai dengan harapan semua pihak kalau, RA dan PAUD mendapat perhatian sama.

Seandainya guru-guru di lembaga ini mendapat gaji sama dengan guru di mulok maupun Diniyah, insysaAllah tidak akan pergi atau keluar meninggalkan anak didik, yang sangat membutuhkan uluran tangan mereka untuk memberikan pondasi pendidikan pengantar sebelum ke sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah. Ya masalah administrasi dan kompetensi tanpa melihat latar belakang dunia pendidikan bermula dari RA dan PAUD,

Masalah Sertifikasi

Potret buram pendidikan usia dini bukan hanya sekedar mesalah gaji, tetapi sertifikasi’juga sulit dan bersifat mandiri, Pendidikan dan Latihan Priofesi Guru (PLPG) banyak diselenggarakan di luar kora sampai 3 bulan dengan biaya sendiri, meninggalkan suami. Bahkan lebih menyedihkan dengan biaya hutang, kadang karena nasib tidak berpihak, selesai PLPG tidak

Kondisi guru RA dan PAUD sawsta dengan porter buram seperti itu, apalagi hanya mendapat honor atau gaji sebesar Rp 100 ribu sampai Rp 150 ribu setiap bulan, semakin menunjukkan bahwa guru RA dan PAUD swasta memang terpinggirkan. Tidak ada kebijakan khusus untuk memberikan kemudahan, sehingga antara pengabdian dan upaya pemerataan pendidikan usia dini di pedesaan, sangat 

Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) tetapi juknisnya tidak boleh untuk tambahan gaji guru, juga ada Tunjangan Fungsional (TF) untuk beberapa guru yang sudah mengabdi lebih dari 5 tahun dan sudah sertifikasi dengan ketentuan berijazah S1.

Sedangkan guru-guru dengan ijaszah SMA apalagi belum bersertifikaxi, walaupun sudah mengajar dan mengabdi cukup lama, tidak mendapat program itu Sebab mereka harus punya NUPTK, Inilah salah satu program pemerintah untuk RA dan PAID tidak berkeadilan.

Pidato 

Pada Hari Guru 25 November 2019 lalu,  Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Nadiem Makarim pidato untuk memperingati Hari Guru Nasional, Nadiem berjanji tak akan memberi janji kosong kepada ratusan guru. Juga menyampaikan rasa simpatinya untuk para guru di Indonesia karena tugas mulia yang mereka emban juga diikuti oleh aturan-aturan yang justru menyulitkan tugas mereka.

Selain itu, Nadiem memandang tugas administratif yang dibebankan kepada para guru menghambat mereka untuk membantu para murid yang mengalami ketertinggalan di kelas. Pemerintah melalui surat edaran (SE) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyampaikan tema yang diusung saat Hari Guru Nasional 2019, yaitu Guru Penggerak Indonesia Maju, Rabu (20/11/2019). Pemerintah juga menghimbau agar memperingati momen Hari Guru Nasional 2019 dengan menyelenggrakan kegiatan untuk mengapresiasi guru

Pidato Mendikbud Nadiem Makarim memang sangat menjanjikan bahwa dunia pendidikan dengan memperhatikan nasib guru, dan memberikan keleluasaan melakukan sentuhan penddikan sebagaimana paedagogik, dengan mengantarkan anak didik menjadi dewasa dan mampu berbudi pekerti luhur, memang harapan semua pihak seperti itu. Sebab mendidikan bukan berarti membebani dengan tugas administrasi dan tugas lain, termasuk harus membawa buku bacaan layaknya perpustakaan berjalan.

Tetapi, jauh lebih elok dan menyentuh guru-guru di pedesaan, guru-guru RA/TK dan PAUD dengan keterbatasan kemampuan administrasi, tetapi mempnnyai potensi sebagai pendidikan, merupakan kewajiban pemerintah memberikan jalan ke depan yang terbaik. Juga mampu dilaksanakan dengan baik pula.

Sebab jika masih ada cerita guru swasta mendaoat gaji jauh di bawah upah minimum kota/kabupaten, maka hal itu merupakan satu kegagalan Mendikbud atau dunia pendidikan mengangkat dearajat dan harkat juga martabat guru swasta khususnya karena pengabdian semata mencapai kesejahteraan dan kemakmuran, walaupun selama ini lebih mengendalkan sebagai sebuah ibadah. (***)