Gandeng Sejumlah Elemen, BI Terapkan Demplot  Petani Bawang Merah Di Nganjuk

Gandeng Sejumlah Elemen, BI Terapkan Demplot  Petani Bawang Merah Di Nganjuk
Foto : Terlihat petani Bawang merah diwilayah Kabupaten Nganjuk, saat memetik hasil panen, Senin (19/8/2019).
NGANJUK – Salah satu tantangan besar pertanian Indonesia ke depan adalah penurunan kesuburan tanah secara berkelanjutan. Kondisi ini, akan menurunkan produktivitas lahan, peningkatan serangan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman), peningkatan biaya produksi dan pada ujungnya akan menurunkan kesejahteraan petani dan daya saing produk pertanian Indonesia akan makin rendah.
Penurunan kesuburan tanah merupakan akumulasi dari banyak faktor diantaranya indek tanam yang tinggi, penggunaan pupuk an-organik yang kurang bijaksana, pemakaian pestisida berlebihan dan juga perubahan iklim.  Pengembalian kesuburan tanah akan makin sulit dilakukan bila kesuburan makin rendah, sehingga tindakan menjaga kesuburan tanah harus menjadi perhatian.
Lalu, meningkatkan kesuburan kimiawi mampu menyediakan sumber hara yang lengkap, serta mengembalikan kesuburan biologis karena menambahkan keragaman mikrorganisme yang menguntungkan bagi tanaman. Akan tetapi, karena bersifat merubah maka kebutuhannya tinggi sehingga sebagian petani enggan menggunakan. Sebagai alternatif tersedia bahan pembenah tanah yang sudah difabrikasi yang kebutuhannya lebih efisien.
Berbicara tentang Demplot ini, bertujuan untuk meningkatkan kepedulian petani akan perlunya penyehatan lahan agar kejadian penurunan kesuburan tanah dapat dicegah, bahkan dapat diperbaiki dimasa mendatang. Sekaligus, memberikan gambaran dan contoh kepada petani bawang merah di Nganjuk akan manfaat penggunaan bahan organik bagi penanaman bawang merah melalui demplot skala usaha pada lahan kelompok tani maju yang membandingkan teknik pengelolaan lahan secara konvensional, menggunakan bahan organik terdokompisisi dilengkapi dengan Kalsium (Ca), serta bahan pembenah tanah hasil pabrikasi. Sehingga, diperoleh gambaran secara jelas pola pengelolaan lahan yang mana yang mampu memperbaiki kesuburan tanah dan meningkatkan hasil panen bawang merah yang menguntungkan.
Menurut, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kediri, Musni Hardi, kegiatan ini hasil kerjasama antara Kantor Perwakilan BI Kediri dengan Dinas Pertanian Kab. Nganjuk, Gapoktan Karya Abadi, Gapoktan Luru Luhur, Pusat Kajian Hortikultura IPB, dan Uniska terkait dengan pelaksanaan penanaman, pengamatan pertumbuhan tanaman, hasil panen, serta analisisnya.
” Tujuanya, untuk mengetahui perlakuan mana yang mampu memperbaiki kesuburan tanah dan meningkatkan hasil panen bawang merah yang menguntungkan” katanya saat dilokasi, Senin (19/8/2019).
Menurutnya, dari hasil pengamatan di lapang terlihat perlakuan pembenah tanah untuk meningkatkan status bahan organik, mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman, mengurangi pemakaian pestisida karena tanaman yang lebih vigor mampu bertahan dari serangan penyakit dan pengayaan mikro-organisme tanah telah dapat menekan keberadaan mikro-organisme penyakit, serta meningkatkan hasil panen hingga  28 -29 ton/ha.
” Dengan potensi produksi bawang merah di Kabupaten Nganjuk yang mencapai luas lahan sebanyak 4.200 ha. Maka, hasilnya bisa lebih dari 63.000 ton dalam sekali musim tanam” imbuhnya
Musni Hardi juga menguraikan, tahun 2019 lalu, bawang merah menjadi salah satu top 5 inflation baik di Kota Kediri dan Kota Madiun dari Maret 2019 s.d April 2019 dengan bobot inflasi di kisaran 0,21%-0,25%. Dan, Bawang merah menjadi penyumbang top 5 deflation di Kota Kediri dan Madiun. Hal ini, karena pada bulan-bulan tersebut termasuk masa off session, yaitu sebagian lahan bawang dipergunakan untuk menanam padi. Mulai akhir Mei dan/atau awal Juni lahan kembali dipergunakan untuk menanam bawang merah, sehingga ketika panen bulan Juli harga bawang kembali turun. Panen bawang merah yang tepat waktu dan tepat kualitas menjadi salah satu solusi untuk menjaga inflasi di Kota Kediri dan Kota Madiun.
” Pastinya, dukungan Bank Indonesia untuk pengembangan klaster bawang ini telah dilakukan sejak tahun 2015. Baik, dalam bentuk pemberian bantuan teknis maupun program sosial. Harapan kedepannya adalah, inisiasi perbaikan kesuburan tanah melalui pengggunaan bahan yang telah dilakukan dapat diadopsi oleh petani-petani lain di Nganjuk secara khusus dan sebagaian besar petani di Indonesia pada umumnya. Sehingga, bencana penurunan kesuburan tanah dapat dicegah. Hal ini, tentunya perlu dukungan pemerintah agar petani memiliki motivasi dan kemampuan untuk melakukan perbaikan kesuburan tanah” tandasnya. (bud)