“Karena katanya orang kalau sudah megang ijazah jadi kaku, tidak mau beradaptasi dengan perkembangan-perkembangan di luar. Hari ini yang dibutuhkan adalah fleksibilitas dan kreativitas. Contohnya saya, lebih dari 60 persen ilmu yang saya gunakan sekarang untuk kerja adalah ilmu di luar bangku kuliah. Namun 40 persen ilmu yang saya pelajari di bangku kuliah membantu saya memahami dan menyerap 60 persen tadi,” katanya.
Terkait lulusan teknik, lanjut Emil, saat ini insinyur ada organisasi yang namanya Persatuan Insinyur Indonesia (PII). Sehingga insinyur juga ada jenjangnya mulai profesional, pemula, madya dan utama. Jenjang ini diperoleh baik dari praktek kerja maupun pendidikan profesi dan kemudian diuji.
“Karena insinyur adalah profesi yakni sebuah vokasi yang harus bisa menjawab kebutuhan hari ini. Misal lulusan teknik informatika mengambil sertifikasi dari CISCO dll untuk memperkuat profesinya. Ini dilakukan karena dunia terus berubah sehingga kita harus menjadi life long learner. Jadi belajar tidak pernah selesai,” kata Emil.
Kata kunci ke depan bagi mahasiswa di fakultas teknik, sebut Emil, adalah harus membuka cakrawala. Jangan menunggu lulus untuk melakukan itu. Mahasiswa harus membuka cakrawala sedini mungkin, apalagi saat ini Bangsa Indonesia masih membutuhkan banyak insinyur.
“Adik-adik sekalin ada di jurusan dan saat yang tepat. Jangan sia-siakan kesempatan ini. Indonesia menunggu adik-adik sekalian,” pungkasnya.
Sebelumnya, Emil bersama Rektor UNESA Prof. Dr. Nurhasan M.Kes meresmikan Gedung Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Unesa. Ia berharap dengan diresmikannya gedung baru ini bisa mendorong lahirnya SDM berkualitas dan bermanfaat bagi semua. (fir)