Sulastri (48), warga RT 01 RW 09, Dusun Wetan Embong, Desa Suwayuwo sudah 11 tahun bergelut di dunia pastry. Sebenarnya tak hanya kue kering saja, dirinya justru lebih dulu membuat kue basah seperti jajanan pasar dan sejenisnya.
Hanya saja, permintaan kue kering menjelang Hari Raya Idul Fitri selalu meningkat 100%. Kalau di hari-hari biasa di luar ramadhan, dirinya hanya menghabiskan 5-10 kilogram telur, tepung terigu dan bahan-bahan untuk membuat kue seperti nastar, kastengels, putri salju dan lainnya. Akan tetapi, mulai dua minggu sebelum puasa, dirinya sudah harus bisa melayani permintaan pembeli yang membludak. Bahkan sampai menghabiskan 30-50 kilogram bahan dalam satu hari.
“Ya Alhamdulillah mas, usaha rumahan ini jalan terus dan banyak yang senang. Karena kalau pas saya nanya, gimana kue saya enak atau tidak. Semua bilang enak,” celetuk Sulastri kepada Suara Pasuruan saat berkunjung ke rumahnya, Minggu (26/05/2019).
Dalam usahanya, Sulastri menjual berbagai macam kue kering dalam toples maupun kaleng dan kardus, Menurutnya, kue dalam toples banyak dibeli oleh para pelanggannya. Karena lebih mudah jika ingin dibagikan kepada keluarga ataupun tetangga.
“Lebih simple langsung dimasukkan ke dalam tas kresek atau di tas,” singkatnya.
Sebelum sesukses seperti sekarang, Sulastri mengawali usahanya dari pesanan tetangga yang ingin dibuatkan kue untuk hajatan. Baik kue basah untuk hidangan pada saat tamu datang di acara nikahan atau tasyakuran, hingga sebagai oleh-oleh untuk dibawa ke rumah.
“Saya masing ingat dulu ada tetangga yang punya hajatan kemudian saya tawari dan mau. Lumayan walau masih 50 pesanan saja,” ungkapnya.
Beruntung, dirinya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pelatihan dan pembinaan kewirausahaan dari berbagai pihak, mulai dari Pemerintah Kabupaten Pasuruan hingga swasta seperti Sampoerna.