“Sudah gak kehitung berapa banyak pelatihan yang saya ikuti. Sekarang sudah bukan peserta lagi, tapi didapuk jadi instruktur atau pelatih pembuatan kue basah dan kering,” imbuhnya.
Sekarang, dirinya sudah mempunyai banyak pelanggan. Ada yang datang sendiri ke rumah ataupun pesan melalui aplikasi medsos seperti WA, Instagram. Kebetulan, Sulastri juga punya anak laki-laki yang jago dalam membuat desain kue yang ia namakan RB atau Rizki Barokah.
“Saya juga sudah buat website resmi, yakni www.kuerizkibarokah.com. Kita lengkali semua usaha kita, mulai ijin usaha, kesehatan dan lain sebagainya,” jelas dia.
Untuk kue kering, hampir semua jenis telah dibuat Sulastri. Harganya pun bervariasi. Semprit jelarut dijual dengan harga Rp 28 ribu untuk toples besar dan Rp 18 ribu untuk toples kecil. Nastar Rp 38 ribu, cookies kismis Rp 30 ribu, kastengels Rp 53 ribu, putrid salju Rp 32 ribu, good time Rp 30 ribu, lidah kucing Rp 28 ribu, kue kacang Rp 37 ribu dan kue abon Rp 37 ribu. Tak hanya dalam ukuran toples, Sulastri juga menjual dalam ukuran per setengah kilogram.
“Tapi paling banyak memang beli yang toplesan karena dibuat untuk konsumsi sendiri,” tandasnya.
Selama membuat kue, dirinya dibantu oleh 2-3 pegawai. Tapi khusus ramadhan dan menjelang hari raya, dirinya memberdayakan 7-9 orang tetangganya. Omsetnya pun lumayan, lantaran dalam sehari dirinya bisa meraup untung bersih sebesar Rp 500 ribu.
“Senangnya di sini, karena bisa membantu para tetangga yang ingin mencari kesibukan. Hasil dari penjualan kita juga kita peruntukkan untuk mereka semua,” terangnya. (hen)