“Diplomasi budaya semacam ini merupakan salah satu cara yang efektif untuk mengenalkan Indonesia kepada dunia. Mereka adalah mahasiswa terpilih, yang tentunya memiliki potensi besar untuk bercerita posistif tentang Indonesia,” kata Anas.
Bagi Banyuwangi sendiri, lanjut Anas, program ini sangat bermanfaat karena dapat dimanfaatkan untuk mengenalkan Banyuwangi.
“Semoga semua mahasiswa bisa kerasan dan senang di Banyuwangi. Sehingga saat pulang nanti, mereka bisa bercerita tentang Banyuwangi kepada rekan-rekannya. Saya yakin informasi dari mulut ke mulut seperti ini akan menjadi media promosi yang ampuh dibandingkan media lainnya,” tegas Anas.
Peserta dari Serbia, Natalia Markovic, mengaku sangat senang bisa bergabung dalam program tersebut. Apalagi saat dia tahu akan ditempatkan di Banyuwangi yang menurutnya budaya banywuangi adalah percampuran antara Bali dan Jawa.
“Saya memang sangat tertarik budaya Banyuwangi. Saat banyak yang ingin ke Bali, saya justru tertarik dan memilih Banyuwangi,” kata Natalia yang terharu bahkan sempat menangis saat tiba di Banyuwangi.
Natalia juga mengaku tertarik untuk belajar tari Gandrung. Maklum saja, dia adalah penari balet klasik. “Kurun tiga bulan ini saya harus bisa tari Gandrung. Gandrung itu kostumnya indah, gerakannya juga sangat spesifik. Gak terlalu lamban, tapi sangat pas. Memperkaya wawasan seni tari saya,” imbuhnya. (jam)