Untuk itu, Pemprov melalukan peningkatan mulai Sumber Daya Manusia (SDM), akses permodalan, teknik pengolahan, hingga strategi penjualan produk perikanan.
Untuk SDM, Pakde Karwo minta praktek satu hari melaut atau one day fishing yang dilakukan nelayan dapat ditinggalkan, diharapkan nelayan bisa 2-3 hari untuk menangkap ikan. “Jika 2-3 hari, tentu hasil tangkapan lebih banyak. Jadi perahunya ditingkatkan kapasitasnya agar muat ikan lebih banyak, dulu muatan 5 gross ton (GT), sekarang bisa 10-20 GT” katanya.
Kemudian setelah berlabuh, nelayan diharapkan tidak langsung menjual ikan hasil tangkapannya, tapi diolah terlebih dahulu menjadi produk industri primer, atau sekunder. Contohnya, diolah jadi abon, krispi, nugget, bakso ikan, dan sebagainya, sehingga memiliki nilai tambah, dan sekaligus diversifikasi produk perikanan.
“Kami memberi pelatihan maupun keterampilan pada nelayan agar mampu mengolah hasil tangkapannya, kemudian untuk modalnya, kita berikan akses permodalan kepada nelayan dengan suku bunga yang ringan, hanya 6%. Jauh lebih ringan dari produk industri jasa keuangan di perbankan pada umumnya” jelasnya.
Kemudian, Pemprov Jatim juga akan membangun SMK khusus perikanan dan kelautan di daerah yang berbatasan dengan laut. “Nanti akan ada SMK yang khusus mengolah ikan agar memiliki nilai tambah dan bisa diterima pasar internasional, kemudian juga ada SMK yang terkait dengan kelautan, jadi lulusannya bisa mengerti teknologi kelautan, jika ada perahu rusak juga bisa memperbaiki” ujarnya.
Pakde Karwo optimis konsep asli Jatim tersebut akan sukses dan bisa meningkatkan kesejahteraan petani maupun nelayan. “Ini konsep genuine sekali, asli khas Jawa Timur-an, meningkatkan kemakmuran petani, bukan karena menambah lahan, tapi mengolah hasil tangkapannya agar mempunyai nilai tambah” pungkasnya. (guh/min)