Ekbis  

Surplus Semester I 2022 Menembus Rekor Tertinggi Sepanjang Masa

Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi Kian Nyata

Surplus Semester I 2022 Menembus Rekor Tertinggi Sepanjang Masa
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto

JAKARTA (Wartatransparansi.com) – Neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2022 kembali mencatatkan surplus dengan nilai mencapai US$5,09 miliar.

“Berdasarkan angka tersebut maka surplus neraca perdagangan Indonesia secara konsisten telah berlangsung selama 26 bulan beruntun,” tandas Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di Jakarta, Jumat  (15/7/2022).

Airlangga Hartarto juga menyebutkan bahwa neraca perdagangan sepanjang Semester I 2022 mencapai angka yang fantastis yakni sebesar US$24,89 miliar. Nilai ini merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah jika dibandingkan dengan surplus kumulatif secara periode semesteran.

Surplus neraca perdagangan dipicu dengan dibukanya ijin ekspor minyak sawit dan bahan bakunya menjadi penopang surplus neraca perdagangan pada bulan Juni 2022.

Terbukti, minyak kelapa sawit merupakan kontributor utama surplus neraca perdagangan Indonesia dengan share sebesar 54% dari total surplus. Di saat yang sama, harga-harga komoditas penyumbang ekspor Indonesia juga masih berada di level yang tinggi, terutama batu bara yang berada pada level $284,9 per MT atau meningkat 152,28% yoy.

“Memperkuat kerja sama internasional, baik billateral maupun multilateral melalui dialog dan koordinasi lintas negara menjadi salah satu kunci dalam mempertahankan surplus neraca perdagangan. Dari berbagai dialog tersebut akan terus digali berbagai produk andalan Indonesia untuk dipasarkan di negara-negara potensial” ungkap Menko Airlangga.

Kerja sama ekonomi internasional yang terus dibangun dan dikembangkan oleh Indonesia dengan negara-negara mitra dagang berhasil memberikan dampak positif terhadap konsistensi surplus neraca perdagangan Indonesia.

Diantara negara-negara mitra dagang, surplus neraca perdagangan Indonesia terutama berasal dari India (US$1,90 miliar), Amerika Serikat (US$1,69 miliar) dan Filipina (US$1,16 miliar).