“Disamping mempererat kerja sama internasional, pemerintah juga terus mendorong peningkatan ekspor bernilai tambah tinggi, khususnya dari sektor industri pengolahan. Sektor ini memberikan sumbangsih terbesar pada komoditas ekspor Indonesia yakni sebesar 70,01% dari total ekspor.” Ujar Menko Airlangga.
Nilai ekspor pada Juni 2022 sebesar US$26,09 miliar atau tumbuh signifikan sebesar 40,68% yoy). Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia periode Januari s.d. Juni 2022 bahkan telah mencapai sebesar US$141,07 miliar atau tumbuh sebesar 37,11% ctc.
Peningkatan ekspor nonmigas tertinggi pada Juni 2022 dibandingkan Mei 2022 terjadi pada lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15) sebesar US$2.538,9 juta, terutama karena keran ekspor komoditas ini telah dibuka kembali.
Salah satu komoditas andalan Indonesia yang terus didorong untuk melakukan pengembangan dan inovasi adalah produk Kendaraan dan bagiannya (HS 87). Komoditas ini memiliki nilai tambah tinggi dengan total ekspor sepanjang Januari sampai dengan Juni 2022 sebesar US$4,96 miliar. Nilai tersebut mengalami pertumbuhan double digit sebesar 13,32% jika dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Sejalan dengan upaya pemerintah memacu peningkatan output dari sektor industri pengolahan, posisi PMI Manufaktur Indonesia pada Juni 2022 juga menunjukkan level ekspansif dengan berada pada level 50,2. Level ekspansif ini juga telah bertahan selama 10 bulan beruntun.
Sementara itu, pada Mei 2022 impor Indonesia tercatat sebesar US$21,00 miliar. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (Juni 2022), maka nilai impor telah meningkat sebesar 21,98% yoy.
Positifnya, kontributor utama impor Indonesia adalah berasal dari golongan bahan baku/penolong dengan porsi sebesar 77,27% dan disusul barang modal sebesar 14,65%, sementara barang konsumsi hanya sebesar 8,08% dari total ekspor. (*)