KEDIRI (WartaTransparansi.com) – Bupati Kediri menggelorakan program smart farming untuk mendukung pengelolaan kawasan agropolitan bagi kelompok petani milenial. Penggunaan teknologi diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pertanian di Kabupaten Kediri.
Dimana 80 persen masyarakat Kabupaten Kediri bermata pencaharian sebagai bertani. Bahkan, 30 persen lahan yang ada digunakan untuk sektor pertanian.
“Program smart farming ini di tahun 2022-2023 menjadi program yang sangat seksi untuk membangkitkan semangat teman-teman petani milenial,” ucap Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana, Minggu (13/3/2022).
Mas Dhito, begitu sapaan akrab Bupati Kediri itu mengutarakan, Smart farming adalah penggunaan teknologi untuk pengumpulan informasi dari lapangan menggunakan alat yang ditanam di lahan pertanian dan dikonektivitaskan menggunakan perangkat seperti smart phone.
Sejalan dengan program desa inovasi tani organik atau DITO yang digagas oleh Bupati, program smart farming ini diawali di lahan pertanian padi organik Kecamatan Purwosari. Pemerintah Kabupaten Kediri melalui Dinas Pertanian dan Perkebunan dalam hal ini bekerjasama dengan Bank Indonesia.
Untuk mendukung program itu dilakukan pendampingan kepada para petani milenial termasuk mendirikan laboratorium produksi pembuatan mikro perombak alami. Laboratorium yang berlokasi di Desa Ketawang, Kecamatan Purwoasri itu memproduksi microbachter alfaafa (MA-11).
Terpisah, Staf ahli Bank Indonesia sektor riil, Nugroho Widiasmadi menyampaikan, salah satu usaha yang dilakukan Bank Indonesia untuk pengendalian inflasi melalui sektor riil yakni melakukan pelatihan standar pertanian total organik. Harapannya menjadikan pertanian yang total mandiri.
Teknologi yang diterapkan, lanjut Nugroho, memiliki lima tujuan, pertama menekan biaya 70-90 persen. Kedua, meningkatkan hasil panen 200-300 persen. Ketiga, membangun pertanian berkelanjutan, yang semakin baik. Keempat, membangun multi player effect, dan kelima menghadapi global warming.