Masa pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) semakin marah bahkan tambah parah, kini umat mulai melawan dengan bebagai ikhtiar peninggalan para ulama zaman dulu.
Sebagaimana diberitakan WartaTransparsni.com, Selasa (27/7/2021), warga Kompleks Perumahan Stasiun Bangil, di lingkungan RT 03 RW 03 Kelurahan Pogar Kecamatan Bangil, ratusan warga menggelar doa membaca shalawat burdah.
Ki Senggak, Ketua RT 03 Kelurahan Pogar mengatakan bahwa kegiatan itu merupakan salah satu upaya melepaskan atau memutus kata rantai Covid-19, yang sudah berlangsung selama 1 tahun lebih.
Ki Senggak yang juga berprofesi sebagai dalang juga melakukan ikhtiar dengan menyemprot probiotik seluruh wilayah kampung juga memasang spanduk masuk kampung wajib pakai masker.
Pada masa pandemi Covid-19 sudah mencapai puncak tertinggi, bahkan sulit membedakan antara wabah murni dengan wabah karena adab. Kini masyarakat semakin sadar untuk mengetuk pintu langit, memohon kepada Sang Maha Kuasa seluruh jagad raya ini. Allah Subhanahu wa ta’ala
Salah satu doa paling berkhasiat ialah membaca doa shalawat burdah. Dalam berbagai model dengan kegiatan dengan bebagai model sajian makanan sebagai syarat selamatan.
Dari 160 bait syair shalawat burdah diantaranya;
“Ya Tuhanku, limpahkanlah selalu shalawat dan salam atas kekasihMu yang terbaik di antara seluruh makhluk”
“Muhammad pemimpin alam dunia dan akhirat manusia dan jin serta dua golongan, bangsa Arab maupun non ajami (non Arab)”.
“Dialah kekasih yang diharapkan syafaatnya untuk menghadapi setiap peristiwa dahsyat yang menimpa umat manusia”.
Bacaan shalawat burdah paling populer, artinya;
“Ya Tuhanku dengan berkah al-Mustofa (Nabi Pilihan), sampaikanlah semua keinginan kami dan ampunilah dosa-dosa kami yang telah lampau, ya Tuhan Yang Maha Luas kemurahan-Nya”.
Mengapa bacaan shalawat burdah dipercaya juga diyakini sebagai doa pada masa pandemi, sekaligus obat berkhasiat.
Dikisahkan bahwa penulis karya shalawat burdah
Al-Bushiri menderita sakit lumpuh dan tidak dapat bangun dari tempat tidurnya. Lalu dibuatnya syair-syair yang berisi pujian kepada Nabi, dengan maksud memohon syafa’atnya.
Setelah 160 bait syair selesai, di dalam tidurnya, Al Bushiri mimpi berjumpa dengan Nabi Muhammad SAW. Nabi mengusap wajah Al-Bushiri, kemudian Rasulullah melepaskan jubahnya dan mengenakannya ke tubuh Al-Bushiri.
Tidak ada keajaiban kecuali milik Allah. Subhanallah pada saat Al-Bushiri bangun dari mimpinya, seketika itu juga sembuh dari lumpuhnya.
Al-Bushiri adalah seorang yang menjalani kehidupan sebagaimana layaknya para sufi, yang tercermin dalam kezuhudannya, ketekunannya beribadah, serta ketidaksukaannya pada kemewahan dan kemegahan duniawi. Di kalangan para sufi, dia termasuk dalam jajaran sufi besar. Sayyid Mahmud Faidh Al-Manufi menulis di dalam bukunya, Jawharat al-Awliya’, bahwa Al-Bushiri tetap konsisten dalam hidupnya sebagai seorang sufi sampai akhir hayatnya.
Qashidah Burdah (baca, shalawat burdah) adalah salah satu karya paling populer dalam khazanah sastra Islam. Isinya sajak sajak pujian kepada Nabi Muhammad SAW, pesan moral, nilai-nilai spiritual, dan semangat perjuangan. Hingga kini Burdah masih sering dibacakan di berbagai pesantren salaf dan pada peringatan Maulid Nabi. Banyak pula yang menghafalnya. Karya itu telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, seperti Persia, Turki, Urdu, Punjabi, Swahili, Pastum, Indonesia/Melayu, Inggris, Prancis, Jerman, Italia.
Pengarang qashidah Burdah, Al-Bushiri hidup pada masa (610-695H/1213-1296 M). Nama lengkapnya Syarafuddin Abu Abdillah Muhammad bin Zaid Al-Bushiri.
Selain menulis Burdah, Al-Bushiri juga menulis beberapa qashidah lain. Di antaranya Al-Qashidah Al-Mudhariyah dan Al-Qashidah Al-Hamziyah.