Tokoh pers nasional dengan kepiawian di dunia jurnalistik hingga dunia politik, begitu santun dalam mengantar berbagai program kebangsaan, baik sebagai wakil pemerintah maupun merangkul kalangan wartawan, kini telah pergi selamanya.
H. Harmoko berpulang ke rahmatullah atau wafat setelah mendapat perawatan di RSPAD Gatot Subroto,
Minggu (4/7/2021) jenazah almarhum dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Senin (5/7/2021).
Harmoko mantan Menteri Penerangan RI di era Orde Baru, mantan Ketua MPR di era Orde Baru, hingga mengantar peralihan ke era Reformasi, mantan Ketua Umum Golkar, dan mantan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), mantan wartawan juga kartunis sangat cerdas dan cemerlang hingga mencapai prestasi tertinggi di dunia jurnalistik.
Harmoko menjadi buah bibir dan selalu menjadi kerinduan masyarakat se nusantara, ketika harga bahan kebutuhan pokok tiba-tiba naik turun, seperti “naik turun” kereta api kelas ekonomi, kereta listrik atau Trans Jakarta, sebentar berhenti sebentar naik sebentar turun.
Ketika harga lombok/cabe naik di atas harga daging sapi, bahkan tiga kali lipat harga daging ayam, bahkan berlipat-lipat harga dari ikan tawar di pasaran seperti Lele dan ikan populer lain dengan harga sangat terjangkau. Maka menerawangan masyarakat jauh ke belakang, ingat jaminan hukum Harmoko kepada rakyat dalam memberikan kepastian harga bahan kebutuhan pokok.
Kerinduan masyarakat dengan Harmoko, itu karena ingatan masyarakat setelah berita nusantra di TVRI pukul 19:00 tahun 70-80 an, maka Harmoko menjadi wakil pemerintah hadir menjadi penenteram hati masyarakat, menyampaikan informasi dari pemerintah tentang harga kebutuhan pokok, beras, bawang merah, bawang putih, lombok/cabe, sayur mayur, dan berbagai kebutuhan pokok masyarakat, harga dan perkembangan tentang pangan mendapat jaminan hukum.
Sekilas tentang Harmoko sebagaimana dilansir dari Wikipedia pada permulaan tahun 1960-an, setelah lulus dari Sekolah Menengah Atas, Harmoko muda bekerja sebagai wartawan dan juga kartunis di Harian Merdeka dan Majalah Merdeka.
Pada tahun 1964, Harmoko bekerja juga sebagai wartawan di Harian Angkatan Bersenjata, dan kemudian Harian API pada 1965. Pada saat yang sama, ia menjabat pula sebagai pemimpin redaksi majalah berbahasa Jawa, Merdiko (1965).