Urban Farming Sebagai Alternative Pemenuhan Gizi Masyarakat Ditengah Pandemi

Urban Farming Sebagai Alternative Pemenuhan Gizi Masyarakat Ditengah Pandemi
Mohamad Sofwan, SP, M Si

Oleh :  Mohamad Sofwan, SP, M Si (Pengajar Di Fakultas Pertanian Universitas Darul Ulum, Jombang)

Pendemi covid 19 yang saat ini sedang berlangsung menuntut masyarakat untuk menyesuaikan dengan berbagai kegiatan yang menunjang untuk pemutusan penularan. Percepatan penyebaran Covid 19 semakin hari semakin meningkat pasien yang positif tertular dan semakin bertambah cluster-cluster penularan. Melakukan pola hidup sehat, tetap dirumah, physical distancing, menggunakan masker, serta mencuci tangan merupakan berbagai upaya yang harus dilakukan.

Sebagai bentuk akselerasi kegiatan untuk memutus penyebaran covid 19 adalah dilakukannya berbagai tindakan pencegahan stay at home dan peningkatan membentuk imunitas tubuh yaitu dengan menggalakkan urban farming. Urban farming sebagai salah satu alternative melakukan kegiatan pertanian dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat.

Nilai tambah dimasyarakat dengan melakukan urban farming dapat memberikan keuntungan dari berbagai aspek. Dari aspek social dapat meningkatkan penambahan persediaan pangan. Urban farming dapat memberikan tambahan luasan lahan baru karena selama ini salah satu ciri wilayah perkotaan adalah masih banyaknya lahan-lahan sempit yang tidak produktif yang terebar karena kelebihan pemanfaatan lahan disekitar gedung atau disudut sempit areal perkotaan lainnya.

Pemanfaatan lahan kosong disudut kota harus dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pemenuhan kebutuhan nutrisi masyarakat, maka pelaksanaan urban farming harus lebih mengedepankan kualitas bukan hanya kuantitas. Kualitas yang dimaksudkan adalah mampu untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, menambah keanekaragaman pangan serta mengurangi pengangguran dengan membuka kesempatan usaha baru sehingga dapat memberikan tambahan pendapatan.

Bentuk-bentuk urban farming saat ini telah berkembang pesat berbagai inovasi baru antara lain Hidroponik, aquaponik, aeroponik, vertikulture, hydroganik, tabulampot, microgreen, dan lain-lain. Banyak bentuk urban farming yang telah dilakukan oleh masyarakat Indonesia yang semuanya mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing dalam sistim tersebut. Misalnya pada sistim hidroponik, benih tanaman ditanam dengan media selain tanah dan pemenuhan kebutuhan nutrisi diberikan dalam bentuk ion yang mudah diserap oleh akar dan serangan hama penyakit sangat mudah dikendalikan atau hampir tidak ada. Sistim hidroponik dapat memberikan peluang usaha yang menguntungkan meskipun untuk melakukannya diperlukan keuletan dan ilmu pengetahuan yang cukup.

Berikutnya aquaponik adalah sistim pertanian yang menkombinasikan antara hidroponik dan aquakultur dalam lingkungan yang bersifat simbiotik. Dalam akuaponik ekskresi hewan diserap oleh tanaman untuk dipecah menjadi nitrat dan nitrit melalui proses alami yang sangat berguna bagi tanaman untuk nutrisi dan airnya dikembalikan kepada akuakultur. Sedangkan aeroponik merupakan bercocok tanam tanpa media dimana akar dibiarkan menggantung begitu saja diudara pada tempat tertentu yang dijaga kelembabannya. Sistim urban farming berikutnya adalah vertikulture, vertikulture merupakan sistim bercocok tanam pada bidang vertical bertingkat untuk memanfaatkan lahan sempit.

Sistim vertikultur dapat memberikan kesan eksotis pada lahan yang ditanami, mudah dipindahkan dan tentunya dapat memberikan tambahan pendapatan bila dilakukan secara serius. Sistim hidroganik adalah sistim bercocok tanam hasil pengembangan akuaponik tetapi menggunakan media tanah dan sudah dikembangkan terutama pada tanaman padi.