SURABAYA (Wartatransparansi.com) – Langkah Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dalam mewujudkan kota yang sehat dan berkelanjutan mendapat respons positif dari Kementerian Sosial (Kemensos).
Hasil diskusi pada Forum Group Discussion (FGD) bersama Tim Verifikator Pusat dan Forum Kota Sehat, menunjukkan komitmen kuat Pemkot Surabaya telah berhasil menggerakkan program kesehatan di seluruh tatanan kota. Hal ini menjadi motivasi bagi pemkot untuk terus menguatkan program yang telah berjalan dan segera menindaklanjuti setiap catatan perbaikan.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya, Nanik Sukristina, menegaskan komitmen Pemkot Surabaya untuk mempertahankan dan meningkatkan capaian, apalagi Kota Surabaya telah mendapat pengakuan internasional dari WHO SEARO sebagai Jaringan Kota Sehat.
“Pemkot Surabaya, termasuk Dinkes berkomitmen melakukan kolaborasi lintas sektor dan memastikan keberlanjutan program-program kesehatan untuk memenuhi semua indikator tatanan Kota Sehat, mulai dari Kehidupan Masyarakat Sehat Mandiri hingga Penanggulan Bencana,” tegas Nanik, Senin (29/9/2025).
Nanik menyebutkan, untuk mengatasi dua tantangan utama adalah optimalisasi Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Pengawasan Keamanan Pangan, Dinkes akan mengambil langkah cepat (quick wins) dan strategis. Fokus utama perbaikan adalah peningkatan PHBS di tingkat rumah tangga.
Dinkes akan mengintensifkan edukasi dengan menggerakkan Kader Surabaya Hebat (KSH) di setiap kelurahan, didukung penuh oleh kolaborasi lintas sektor.
Terkait isu lingkungan, Nanik memastikan bahwa capaian sanitasi kota sudah sangat baik.
“Surabaya telah mencapai 100% Open Defecation Free (ODF). Ini adalah pilar utama. Namun, kami akan tetap waspada. Jika ada temuan kasus Buang Air Besar Sembarangan (BABS) baru, kami langsung berkoordinasi dengan CSR, misalnya BAZNAS, untuk segera membangun jamban sehat,” jelasnya.
Rekomendasi dari verifikator juga tidak hanya berhenti di sana. Dinkes Surabaya akan mengintegrasikannya ke dalam program unggulan Pemkot Surabaya, seperti penanganan Stunting dan TBC, melalui pendekatan intervensi berbasis wilayah (urban health).