Ketika Petani Kopi Berjibaku dengan Hujan

Ketika Petani Kopi Berjibaku dengan Hujan
Petani kopi di Glenmore Banyuwangi sedang menjemur kopi di jalan desa. (Foto : DIAN EFFENDI/Warta Transparansi)

BANYUWANGI – Pagi itu Matori bersama tetangga yang lain meluangkan waktu menggelar terpal di tengah jalan. Tumpukan karung berisi biji kopi satu-persatu dikeluarkan dari teras.

“Mumpung matahari agak terik. Kita harus cepat-cepat menjemur kopi agar tidak jamuran, “ ungkap Matori pada Jumat (17/8/2018).

Di Dusun Kampung Baru, Desa Margomulyo, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi, Matori adalah Ketua Kelompok Tani (Poktan) ‘Makmur Glenmore’. Bersama 25 anggota yang lain, dia mengelola sekitar 425 Hektar kebun kopi.

Setiap satu hektar kebun kopi menghasilkan 8 ton biji kopi basah dengan harga Rp 5 Ribu per-kilogram. Sedangkan jika diproses menjadi biji kopi kering, bobot akan menyusut menjadi 2,5 hingga 3 ton.

“Tapi harga kopi kering jauh lebih mahal. Harga saat ini Rp 23 Ribu per-kilogram. Petani lebih senang memproses kopi kering,” ujar Matori.