Meskipun tren ekspansi terjaga, Indonesia tetap mewaspadai sejumlah tantangan guna menjaga keberlanjutan sektor manufaktur.
Peningkatan biaya input akibat kenaikan harga bahan baku masih menjadi perhatian, namun sebagian besar pelaku usaha mampu beradaptasi di tengah kondisi tersebut.
Sementara itu, keterbatasan kapasitas produksi mulai direspons melalui peningkatan investasi dan perluasan fasilitas untuk menjaga kelancaran pemenuhan pesanan yang terus meningkat. Penyesuaian harga produk juga dilakukan secara terukur untuk menjaga keseimbangan antara biaya produksi dan daya beli masyarakat.
Dalam pers release Kementerin Perekonomian, disebutkan dalam konteks makroekonomi, tingkat inflasi nasional tercatat sebesar 2,86% (yoy) per Oktober 2025, dengan inflasi bulanan sebesar 0,28% (mtm), menurut Badan Pusat Statistik (BPS).
Kemudian, prospek sektor manufaktur ke depan tetap positif. Pelaku industri menilai permintaan domestik yang solid akan terus menjadi penggerak utama pertumbuhan di tengah ketidakpastian global.
Optimisme terhadap peningkatan pesanan dan peluncuran produk baru masih tinggi. Dengan dukungan kebijakan yang konsisten, sektor manufaktur dapat mempertahankan momentum ekspansi dan terus menjadi penggerak utama perekonomian nasional pada Kuartal IV-2025. (red)





