SURABAYA (WartaTransparansi.com) – Hingga Oktober 2025, Jawa Timur memiliki 4.716 desa mandiri atau 23 persen dari total 20.503 desa mandiri nasional). Jumlah ini menempatkan Jawa Timur pringkat satu nasional. Angka ini juga menunjukkan peningkatan signifikan sebesar 17,34 persen dibanding tahun 2024 yang berjumlah 4.019 desa mandiri.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyampaikan apresiasi terhadap kerja keras seluruh elemen masyarakat desa, pemerintah kabupaten/kota, serta pendamping desa yang telah bersinergi dalam mendorong kemandirian desa.
Berdasarkan data, saat ini di seluruh Indonesia tercatat sebanyak 20.503 desa mandiri, 23.579 desa maju, 21.813 desa berkembang, 4.672 desa tertinggal, dan 4.694 desa sangat tertinggal. Dengan raihan 4.716 desa mandiri, Jawa Timur memberikan kontribusi signifikan terhadap kemajuan desa di Indonesia.
“Kami percaya bahwa pembangunan desa harus menyentuh aspek yang paling mendasar dan berkelanjutan. Mulai dari peningkatan kapasitas masyarakat, penguatan ekonomi berbasis potensi lokal, hingga pelayanan kesehatan dan kelestarian lingkungan, semua menjadi prioritas kami dalam mewujudkan desa yang mandiri dan sejahtera,” ujarnya di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Senen (20/10).
Gubernur Khofifah menjelaskan, bedasarkan perkembangan pada tahun 2021 tercatat Desa Mandiri di Jatim sebesar 697 desa, Tahun 2022 terdapat 1.490 Desa, Tahun 2023 terdapat 2.800 Desa dan Tahun 2024 terdapat 4.019 desa.
Sejauh ini, Pemprov Jatim pun terus mendukung pembangunan desa melalui berbagai program berkelanjutan yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat, peningkatan ekonomi lokal, kesehatan, serta pengelolaan lingkungan.
“Desa adalah ujung tombak pembangunan. Ketika desa kuat dan mandiri, maka daerah dan negara ini juga akan kuat,” tambahnya.
Sebagai bagian dari apresiasi terhadap kemandirian desa di Jawa Timur, Gubernur Jatim mengalokasikan Program Desa Berdaya sejak tahun 2021 sampai dengan saat ini, di 538 desa yang tersebar di 29 kabupaten dan kota batu di Jatim. Stimulansi program ini dalam rangka mendampingi desa menemukenali icon desa yang potensial yang dapat dibranding secara ekonomi, sehingga menjadikan desa memiliki kekhasan/tematik.