Meski dukungan mayoritas kader kini mengalir saat ini mengalir deras ke Sudjono Teguh Wijaya, Imam memastikan Musda tetap memberi ruang demokrasi bagi siapa pun yang ingin maju sebagai calon ketua.
“Itu bagian dari proses demokrasi yang telah terbangun dan mematangkan Partai Golkar,” ujarnya.
Imam pun berharap forum lima tahunan ini dapat berjalan lancar sekaligus memberi dampak positif, tidak hanya bagi partai, tetapi juga masyarakat luas.
“DPD Partai Golkar Kota Kediri mohon doa restu dan dukungan semua pihak agar Musda dan proses reorganisasi ini benar-benar membawa manfaat, baik bagi Kota Kediri maupun Indonesia,” ujar Imam.
Ketua Steering Committee (SC) Musda XI Golkar Kota Kediri, Arif Mufrodi, menegaskan bahwa pemilihan Ketua DPD menjadi agenda utama dalam forum lima tahunan tersebut. Sesuai aturan partai, calon ketua harus aktif sebagai kader minimal lima tahun atau pernah menjabat sebagai pengurus Golkar selama satu periode, baik di tingkat kecamatan, kota, provinsi, maupun pusat.
Selain itu, setiap calon wajib mengantongi dukungan minimal 30 persen dari total suara Musda. Dari delapan suara yang diperebutkan, kandidat harus meraih sedikitnya tiga suara agar bisa resmi maju.
“Peserta Musda terdiri dari delapan suara, meliputi, DPD I Golkar Jawa Timur, DPD Golkar Kota Kediri, Wantimbang Partai Golkar, Ormas Partai Golkar yang mendirikan maupun didirikan, organisasi sayap partai AMPG dan KPPG, serta pimpinan kecamatan Partai Golkar. Artinya, pemilik suara ada 8 suara Kota Kediri. calon ketua wajib mengantongi minimal tiga suara untuk bisa maju,” jelas Arif.
Ia menambahkan, syarat lain bagi bakal calon ketua mencakup kepemilikan KTA Partai Golkar, KTP, serta kesediaan untuk mencurahkan diri sepenuhnya demi kepentingan partai. Namun, jika ada calon yang tidak memenuhi persyaratan tersebut, masih diberikan peluang dengan mengajukan rekomendasi langsung ke DPP Partai Golkar.
Kemenangan Vinanda Prameswati di Pilkada Kediri menjadi bukti kejelian Golkar membaca aspirasi publik. Sosok muda ini hadir sebagai energi baru sekaligus simbol masa depan partai beringin.
Meski ada dorongan masyarakat agar ia maju sebagai calon ketua DPD Golkar, mayoritas kader sepakat Vinanda lebih tepat fokus memimpin kota. Dari kursi wali kota, ia dinilai mampu menjaga marwah partai, memperkuat konsolidasi, dan meneguhkan posisi Golkar sebagai kekuatan politik utama di Kota Kediri.
“Kita semua sepakat beliau lebih kita wakafkan sebagai wali kota, agar bisa lebih mendampingi dan memperkuat Partai Golkar. Perannya bisa melalui kepengurusan di Kota Kediri maupun kemungkinan ditarik ke tingkat provinsi,” ujar Arif.
Menurut Arif, peta dukungan di internal Golkar Kota Kediri saat ini masih kuat mengarah ke Sudjono Teguh Wijaya. Rekam jejaknya dinilai nyata, mulai dari keberhasilan mengantarkan Vinanda Prameswati sebagai Wali Kota Kediri hingga memastikan Partai Golkar meraih lima kursi di DPRD Kota Kediri.
Ia juga menegaskan, politik selalu bergerak dan kemungkinan lahirnya calon baru tetap terbuka.
“Saat ini memang mayoritas mendukung Pak Sudjono. Tetapi politik itu dinamis, dukungan bisa saja berkembang dan tidak menutup kemungkinan munculnya figur baru,” kata Arif.