“Selain orang tua kandung, guru adalah pendidik utama yang bertanggung jawab mendidik dan mengajarkan ilmu. Orang tua dan guru perlu bersinergi dalam menerapkan disiplin kepada anak,” jelasnya.
Juga mengajak orang tua untuk introspeksi diri jika anak-anak terlibat dalam kegiatan negatif. Jika anak terjerumus ke jalan yang salah seperti geng motor, minuman keras, atau perundungan di sekolah, jangan hanya menyalahkan anak.
“Mari kita introspeksi diri sebagai orang tua, kekurangan atau kesalahan apa yang mungkin telah kita lakukan,” imbuhnya.
Melalui kegiatan MOOT, Wali Kota Eri optimistis bahwa pembentukan moral dan akhlak anak berdasarkan nilai-nilai agama serta Tujuh Praktik Baik Indonesia Hebat akan menjadi pondasi kuat yang sejalan dengan Pancasila. Ia yakin, ini akan mewujudkan Surabaya sebagai kota yang aman dari perundungan, geng motor, dan minuman keras.
“Dengan sinergi antara orang tua dengan sekolah, diharapkan akan terbentuk karakter anak-anak Surabaya, mulai dari PAUD, SD, hingga SMP menjadi pribadi yang saleh/salihah, berkapasitas luar biasa, dan memiliki kebangsaan yang kuat,” tukasnya.
Sebagai informasi, dalam kegiatan MOOT tersebut, Pemkot Surabaya mendampingi Satuan Gugus Tugas (Satgas) Kampung Pancasila Kecamatan Wonokromo secara simbolis menyerahkan perlengkapan sekolah kepada anak-anak dari keluarga miskin. (*)