Selain itu, ia juga menekankan pentingnya pendekatan berbeda untuk wilayah yang sudah membentuk klaster keamanan mandiri. Wilayah semacam itu akan diarahkan untuk mengembangkan program Kampung Madani yang juga mencakup pengelolaan sampah dan solidaritas sosial.
“Kami tidak hanya mendorong warga mengaktifkan Siskamling, tapi juga melakukan monitoring dan evaluasi berkelanjutan,” tegas Fikser.
Sementara itu, Camat Pabean Cantian Surabaya, Muhammad Januar Rizal, menyebutkan bahwa di wilayahnya beberapa kali terjadi kasus curanmor. Berdasarkan data, pada 2024 tercatat 34 kasus curanmor dan 18 kasus pada Januari-Mei 2025.
“Untuk mencegahnya, kami rutin berkoordinasi dengan tiga pilar, yaitu Kapolsek, Danramil, dan perangkat wilayah seperti RT/RW. Setiap malam warga di RW mulai aktif menjaga lingkungan,” ujar Rizal.
Ia juga menekankan pentingnya program wajib lapor bagi tamu 1×24 jam serta pemasangan CCTV di titik-titik rawan. Monitor CCTV diletakkan di balai RW agar dapat dipantau warga. “CCTV bukan hanya alat dokumentasi pasca kejadian, tapi juga alat pencegahan dini. Gerak-gerik mencurigakan bisa langsung dipantau,” katanya.
Mengenai pemasangan portal di pintu masuk kampung, Rizal mengatakan hal itu harus melalui musyawarah RT/RW karena harus memperhatikan aspek darurat seperti akses kendaraan pemadam kebakaran. “Prinsipnya untuk keamanan, tapi jangan sampai mengganggu mobilitas warga,” ujarnya.
Menurut Rizal, kunci keberhasilan mencegah curanmor adalah komitmen bersama antara pemerintah dan warga. “Yang paling penting adalah komitmen dari RT, RW, lurah, camat, dan tiga pilar keamanan untuk menjaga kampung masing-masing. Partisipasi aktif warga sangat penting,” tandasnya. (*)