SURABAYA – Pemkot Surabaya bersama Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Surabaya resmi memulai Kick Off Program Kelurahan Cinta Statistik (Cantik) Tahun 2025 pada Kamis (22/5/2025). Kegiatan ini diadakan di Taman Teman, Kelurahan Jemur Wonosari, Kecamatan Wonocolo, Surabaya.
Mengusung tema “Ekonomi Kuat dari Pelaku Usaha Hebat”, program Kelurahan Cantik 2025 menitikberatkan pada penguatan literasi statistik di tingkat kelurahan. Tujuannya adalah mendukung perencanaan pembangunan berbasis data yang lebih akurat, tepat sasaran dan berkelanjutan.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian, dan Pengembangan (Bappedalitbang) Kota Surabaya, Irvan Wahyudrajat, menekankan pentingnya pengelolaan data statistik dalam pembangunan daerah. Ia menyampaikan bahwa Surabaya saat ini menjadi kota percontohan dalam penerapan Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN).
“Sejak kepemimpinan beliau, Pak Wali Kota Eri Cahyadi, kami sangat mementingkan data. Karena kami tidak bisa merencanakan dengan baik dan benar ketika data yang kami punya itu tidak valid,” ujarnya.
Irvan menjelaskan, program Kelurahan Cantik sejatinya telah dimulai di Surabaya sejak 29 Juli 2024 melalui kerja sama dengan BPS. Saat itu, tiga kelurahan yakni Gayungan, Lontar, dan Tenggilis Mejoyo, menjadi perwakilan Surabaya. “Alhamdulillah Kelurahan Gayungan berhasil menembus 25 besar nasional,” ungkapnya.
Untuk tahun 2025, Kelurahan Jemur Wonosari bermaksud meraih prestasi nasional dalam ajang ini. Oleh karena itu, Irvan mengingatkan pentingnya visualisasi data melalui website kelurahan sebagai salah satu indikator utama penilaian.
“Kalau di web kelurahan kelihatan (masih ada data stunting, kemiskinan), berarti program Pak Lurah dan Pak Camat harus fokus di situ. Misal putus sekolah berapa, stunting berapa, jadi anggarannya fokus ke sana,” jelas Irvan.
Selain itu, Irvan juga menekankan pentingnya membangun sinergi antara pemerintah dan pelaku usaha dalam menyelesaikan berbagai persoalan sosial. Seperti di antaranya terkait dengan menuntaskan kemiskinan, anak putus sekolah, dan balita stunting. “Untuk menuntaskan itu, bisa melalui pentahelix dengan menggandeng para pengusaha. Kita tinggal berjejaring, mengkoneksikan dengan para pengusaha,” imbuhnya.
Menurut Irvan, bonus demografi ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Sebab, jika kesempatan ini tidak segera dimanfaatkan, maka Indonesia akan tertinggal dengan negara lain. Oleh karena itu, ia mengungkap alasan Wali Kota Eri Cahyadi dalam tiga tahun terakhir tidak fokus membangun infrastruktur yang monumental. “Jadi kenapa Pak Wali Kota Eri kemarin fokus pada SDM, pendidikan, hingga papan (rumah layak huni),” ungkapnya.