SURABAYA – Kota Surabaya mengaktifkan kembali sistem keamanan lingkungan (Siskamling) di tingkat rukun warga (RW). Langkah tersebut menjadi salah satu upaya pencegahan kriminalitas, terutama pencurian kendaraan bermotor (curanmor) yang kian marak.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Surabaya, M Fikser, mengatakan bahwa langkah ini merupakan bentuk respons terhadap maraknya kasus curanmor yang terjadi di beberapa wilayah Kota Pahlawan.
“Sudah banyak kampung yang mulai menerapkan Siskamling karena kesadaran warga meningkat akibat kejadian yang berulang. Warga mulai terlibat aktif dalam menjaga lingkungannya,” kata M Fikser.
Namun, Fikser mengakui bahwa keterbatasan sumber daya menjadi tantangan. Oleh karena itu, Pemkot Surabaya terus berupaya memperkuat akses komunikasi darurat melalui layanan Command Center 112 agar langsung terhubung dengan kepolisian melalui nomor 110.
“Hal ini kami lakukan agar saat ada kejadian, masyarakat bisa langsung menghubungi kami dan aparat dapat bergerak cepat ke lokasi,” jelas dia.
Untuk memperkuat sistem keamanan warga, Fikser mengungkap jika Pemkot Surabaya juga tengah menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk pos kamling berbasis kolaborasi bersama pihak kepolisian dan TNI. Konsep ini mengadopsi pendekatan “Kampung Tangguh” yang sempat sukses saat pandemi COVID-19.
“Jadi kita adopsi seperti dulu waktu COVID-19, ada Kampung Tangguh bisa menangani berbagai permasalahan di kampung,” paparnya.
Fikser menegaskan bahwa Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi telah menginstruksikan agar penguatan Kampung Tangguh bisa digerakkan secara bertahap, dimulai dari 500 RW sebagai pilot project. “Total ada sekitar 1.300 RW di Surabaya. Target awalnya 500 RW terlebih dulu agar pengawasan dan evaluasi bisa maksimal,” jelasnya.