Oleh HS Makin Rahmat, Santri Pinggiran/ Ketua Umum “Abah Kita” (Wartawan Utama/ PWI)
ALHAMDULILLAH… Hasil hitung cepat atau quick count pesta rakyat, hajat demokrasi Pemilu 2024 telah memasuki penghitungan akhir. Posisi sementara, pasangan capres-cawapres 01=24,92 %, 02=58,72% 03=16,36.
Tentu hasil quick count belum final, harus menunggu penghitungan resmi real count dari penyelenggara pemilu yaitu KPU. Sekali lagi, hiruk pikuk pesta demokrasi yang puncaknya dilakukan pencoblosan 14 Februari 2024, menandakan rangkaian proses panjang untuk menentukan capres cawapres, senator, anggota DPR, DPRD provinsi, kabupaten dan kota segera terwujud.
Kita menyadari, pertarungan hebat sebagai kontestan Pemilu, telah memberikan yang terbaik. Mulai jargon perubahan, melanjutkan estafet kepemimpinan Jokowi, hingga mengusung konsep demokrasi berkeadilan yang diusung 01, 02 dan 03. Sekali lagi, siapa pun yang akan mendapatkan “pulung” tidak lepas dari Sang Khalik, Sang Aktor pembuat skenario dan Penentu atas segala usaha serta ikhtiar hambaNya.
Bagi siapa pun yang telah ditakdirkan Allah, memegang tampuk kepemimpinan dan kekuasaan tentulah tidak terlarut dalam eforia yang berlebihan, hingga meniadakan nilai syukur dan tentu menyakiti kontestan yang mengikuti proses panjang. Tentulah waktu yang akan menjadi saksi kita sebagai warga negara.
Dalam relaksasi demokrasi tentu tidak semua pihak bisa menerima. Pasti ada kekecewaan karena tidak sesuai harapan. Tapi itulah kehidupan dan fakta yang harus diterima bersama.
Kegembiraan tentu ada batasnya. Bila nanti memang 02 diputuskan menang, tidak boleh jumawa dan yang kalah harus legowo. Artinya, gas poll bagi rezim pemenang Pemilu mampu mengakomodir kekuatan dan potensi besar faksi-faksi yang ingin memberikan warna membangun bangsa. Janji Allah SWT, siapa yang bersyukur atas segala nikmat pasti akan ditambah. Sebaliknya, siapa yang mengkufuri dan berkhianat atas nikmat Allah pasti akan mendapatkan azab.
Dari konstalasi, maka sikap bijak adalah sabar, yaitu sabar berbuat taat, sabar menahan diri dari maksiat, dan sabar ketika mendapat musibah.
Mengutip buku Syarah Aqidah Wasithiyah tulisan Syaikh Muhammad Al-Utsaimin, hukum-hukum Allah bersifat syar’iyah dan kauniyah.