Tajuk  

Hari Ibu (yang terlewatkan), Kemuliaan Sepanjang Masa

Hari Ibu (yang terlewatkan), Kemuliaan Sepanjang Masa
Djoko Tetuko Abdul Latief

2. Melahirkan tiga mosi yang merajuk pada kemajuan perempuan, seperti tuntutan penambahan sekolah rendah untuk perempuan, perbaikan aturan dalam pernikahan, perbaikan aturan mengenai dukungan janda dan anak yatim.

Setelah itu, diadakan kongres lanjutan, yaitu Kongres Perempuan II, III, dan IV. Pada Kongres Perempuan III yang diadakan di Bandung pada 23-27 Juli 1938, mereka membahas mengenai tuntutan persamaan hak dan harga antara pria dan wanita. Persamaan itu juga harus dilandasi oleh kodrat serta kewajiban masing-masing.

Sebagaimana diketahui, Perayaan Hari Ibu bertujuan untuk menghargai jasa para perempuan atau para ibu secara keseluruhan di Indonesia. Selain itu, peringatan ini juga bermaksud untuk mengingat kembali hari kebangkitan dan persatuan perjuangan kaum perempuan semasa kemerdekaan dalam upaya perbaikan kualitas bangsa ini.
Hari Ibu juga menjadi momentum untuk mengingatkan seluruh bangsa Indonesia bahwa perempuan adalah motor penggerak keberhasilan pembangunan saat ini dan mendatang.

Hari Ibu 22 Desember 2023, tertutup hiruk pikuk libur sekolah dan (budaya baru) mudik pada saat Nataru (Natal dan Tahun Baru), sehingga kemulian ibu hanya menjadi catatan saja, tanpa peringatan dengan harapan menjadi kekuatan anak bangsa, kembali ke pangkuan ibu untuk kebangkitan seluruh program dan kegiatan menuju Indonesia lebih makmur dan sejahtera. Indonesia lebih berbudi pekerti mulia. Indonesia menjadi Negara Kesatuan Republik lebih baik dengan ibu sebagai perekat meroketkan derajat seluruh rakyat Indonesia.

Menenun kembali kemuliaan ibu dengan kodrat mengandung, maka sekolah gaib abadi selama 9 bulan 10 hari (lebih kurang), menjadi kontemplasi setiap manusia bahwa ibu adalah pintu kehidupan gaib sebelum terlahir di dunia.

Mengenang kembali ibu melahirkan, sebuah perpindahan dari alam kandungan (alam gaib) menuju kehidupan alam nyata di dunia fana. Dengan begitu Hari Ibu mengingatkan kembali ketika ibu berjuang melahirkan juga dengan mempertaruhkan jiwa dan raga, bahkan nyawa sekalipun.

Menyambung tali silaturrahmi dalam berbangsa, bernegara, dan beribadah, maka selama ibu menyusui. Maka kodrat seorang ibu menjadi wakil menyambung kehidupan seorang bayi dengan air susu keibuan begitu tulus ikhlas.

Kemuliaan ibu mengandung, melahirkan dan menyusui sebuah kodrat wanita suci, sebuah pembelajaran abadi. Sehingga ibu digambarkan telapak kakinya pun tergambar surga abadi. Mari kembali mengabdi kepada ibu (juga bapak, kedua orang). Sebagai pintu mengabdi kepada Ilahi Robbi, juga mengabdi kepada seluruh anak negeri. Karena sesunggunya ibu adalah kemuliaan sepanjang masa. InsyaAllah Hari Ibu, bukan sekedar peringatan pada tanggal 22 Desember setiap tahun. Te

tapi Hari Ibu akan terbudayakan diperingati setiap hari, bahkan seorang hamba atau anak (ketika) mengabdi setiap waktu. Itulah Hari Ibu. Sungguh mulia !!!. (Djoko Tetuko/BBS)