Artinya, dalam kondisi apapun, hati harus tetap dingin. Ada peringatan dini viral; “Apa kalau di B jadi Presiden, gaji bapak akan naik 200 persen?” Tentu tidak serta-merta semua melalui proses. Ada prosedur yang harus dilalui.
Dalam bahasa agama, kita diminta tetap mengedepankan kepentingan rakyat daripada target pribadi, apalagi sampai mengorbankan masyarakat untuk melanggengkan kekuasaan. Apalagi mengumbar kepalsuan.
Ingat firman Allah SWT yang sangat tegas di QS Al Isro’ ayat 14:
اِقْرَأْ كِتَابَكَۗ كَفٰى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيْبًاۗ
“Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada hari ini sebagai penghitung atas dirimu.”
Tentu firman di atas menjadi perenungan bersama bahwa kehidupan di dunia, termasuk Pilpres, Pilkada, Pileg dan DPD RI adalah wujud bagian instrumen pilihan untuk dipertanggungjawabkan.
Bila berpikir bahwa mempertahankan kekuasaan sebagai hasrat keabadian. Maka dapat dipastikan, merupakan wujud ketamakan karena terlalu cinta dunia dan takut akan kematian alias terbongkar segala kebobrokan.
Semoga siapapun yang membaca tulisan Al-Faqir ini diberikan kekuatan oleh Allah SWT Yang Maha Kuasa. Jangan sampai negara yang besar seperti Indonesia dipimpin oleh orang-orang munafik. Ancaman Allah SWT di QS At Taubah ayat 68:
وَعَدَ اللّٰهُ الْمُنٰفِقِيْنَ وَالْمُنٰفِقٰتِ وَالْكُفَّارَ نَارَ جَهَنَّمَ خٰلِدِيْنَ فِيْهَاۗ هِيَ حَسْبُهُمْ ۚوَلَعَنَهُمُ اللّٰهُ ۚوَلَهُمْ عَذَابٌ مُّقِيْمٌۙ
“Allah telah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan serta orang-orang kafir dengan neraka Jahanam. Mereka kekal di dalamnya. Cukuplah (neraka) itu bagi mereka. Allah melaknat mereka. Bagi mereka azab yang kekal.” Maha Benar Allah dengan segala firmanNya. Wallahu a’lam bish-showab. (*)