Jalan surga itu sekarang terbentang luas di Gaza. Berjihad mengangkat senjata, membantu sesama, melakukan diplomasi melawan penindasan (fasad). Tentu saja sabar menghadapi ujian bertubi-tubi mulai kelaparan, terhina, sakit bahkan mati. Saat ini tidak ada yang kesabarannya melampaui rakyat Gaza.
Jadi dalam konsep pergiliran, saat ini rakyat Gaza yang mayoritas muslim sedang dalam posisi kalah. Sedang Yahudi sedang dalam posisi menang setelah lebih 2000 tahun terpuruk.
Dalam posisi jaya atau menang ini Yahudi telah berbuat fasad, dzalim, ugal-ugalan. Dan pasti akan menerima hukuman Allah atas perbuatannya itu. Itu sudah jadi ketentuan Allah yang terbukti berulang-ulang dalam sejarah manusia. Ingat Firaun, Namrud, kaum Ad, Tsamud.
“Dan kamu sama sekali tidak dapat melepaskan diri (dari azab Allah) baik di bumi maupun di langit, dan tidak ada pelindung dan penolong bagimu selain Allah.”
(QS. Al-‘Ankabut 29: Ayat 22)
Kapan terjadi? Persisnya kita tidak tahu. Bisa saja terjadi dengan tiba-tiba seperti jika Allah turun tangan sendiri menghukum musuh-musuh-Nya.
Lihat, Firaun pasti tak pernah menduga kalau akan ditelah ombak. Umat Nabi Luth tidak pernah mengantisipasi akan hujan batu dan buminya dibalik saat orang tertidur lelap.
“Maka adapun kaum Samud, mereka telah dibinasakan dengan suara yang sangat keras,”
(QS. Al Haqqah 5)
“sedangkan kaum `Ad, mereka telah dibinasakan dengan angin topan yang sangat dingin,”
(QS. Al-Haqqah 69:6)
“dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mukmin.” (QS. As-Saff 61: Ayat 13)
Kita tunggu sambil riyadhah. Rabbi a’lam
*) Penulis adalah jurnalis senior tinggal di Sidoarjo.